CHAPTER 34

967 20 1
                                    

“Anak magang ya?” Tanya resepsionis yang mungkin menebak dari pakaian putih hitam ala anak magang yang di kenakan Nania.
Menatap sewot karena rok yang di gunakan Nania mungin menurutnya terlalu pendek.

“Ehm.. Iya.”

“Mari saya antar.”

Nania mengangguk lalu berjalan membuntuti wanita yang mungkin usianya tidak terlalu jauh darinya itu.

“Ini ruangan Bu Arumi silahkan kamu temui sendiri.”

“Baiklah, makasih.” Sambil tersenyum ramah.

Tok.. Tok.. Tok..

“Masuk.”

Nania masuk ke dalam ruangan yang di tunjuk oleh resepsionis tadi, melihat seorang wanita yang kiranya berusia sekitar 30-35 tahunan.

“Nania Kirania .B.?” Sambil menatap penampilan Nania dari atas sampai bawah

“Iya.”

“Hari pertama magang sudah terlambat?”

“Maaf sebelumnya bu.”

“Oke kali ini saya maafkan, tapi tidak untuk ke dua kali dan tokong besok jangan menggunakan rok seperti itu."

“Baik bu."

“Kamu akan saya letakkan di divisi departemen pengembangan, dan saya yang akan mengawasi kamu langsung.”

“Baik bu.”

“Mari saya antar.”

Nania mengangguk dan keluar dari ruangan itu bersama dengan  Arumi untuk menuju divisi departemen pengembangan.

“Pagi bu.” Sapa karyawan di departemen pengembangan.

“Selamat pagi.”

“Silahkan perkenalkan dirimu.” Lanjutnya.

“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Nania Kirania dari universitas xxx fakultas ekonomi semester lima, saya magang di departemen pengembangan sampai tiga bulan ke depan, salam kenal dan mohon bimbingannya dan kerjasamanya pak, bu.” Ucap Nania kepada semua karyawan yang berada di divisi itu.

“Ya, tempatmu ada di sebelah Indah.”

“Indah, tolong pekerjaan Rina yang belum selesai, kamu berikan ke anak magang." Lanjutnya lalu keluar dari ruangan itu.

Nania menuju meja yang sudah di sediakan untuknya itu.

“Nania, ini pekerjaan yang belum diselesaikan karena pekerja yang duduk di sini sebelumnya sudah terlanjur resign, kamu bisa kan?” Ucap salah satu karyawan.

"Iya bu, biar saya selesaikan.”

“Nan aku ga setua itu ya, menurut aku umur kita juga ga jauh beda, jadi cukup panggil mba aja.”

“Dan satu lagi, ga usah formal kalo sama kita yang di sini.”

“Oke mba.”

Saat sedang menyelesaikan pekerjaannya tiba-tiba ada yang memanggilnya.

“Nania.”

“Iya mba?”

“Di suruh ke ruangan pak dirut.”

“Hah. Ngapain?”

“Aku juga ga tau sih, apalagi lo anak magang.”

“Makanya aku juga bingung mba, kok  saya di panggil.” Bohong Nania.

“Udah sana buruan, di cariin pak dirut loh gamain-main.”

“Tau ruangannya kan?” Lanjutnya bertanya.

“Di lantai tiga puluh, tinggal cari aja nanti, gampang kok di sana cuma ruangan orang-orang penting sama buat meeting jadi ga banyak.”

“Oh oke.” Nania berjalan menuju lift.

Ting.

Masuk lift dan menekan tombol tiga dan nol untuk menuju lantai tiga puluh.

Ting.

Nania menyusuru lantai itu dan langsung menemukan ruangan Andi.

“Nona Nania.” Panggil pak Agung yang tidak lain adalah tangan kanan Andi.

Nania kaget mendengar ada yang memanggilnya langsung memutar arah.

“Pak Agung ngagetin tau.”

“Maaf mba…” Mari saya antar ke ruangan bapak.

Nania sudah berada di depan pintu ruangan milik Andi.

“Ini ruangan bapak mba saya permisi dulu.”

“Pak Agung tungguu..”

“Jangan bilang sama para karyawan kalo saya putri bungsu dari pemilik perusahaan ya.”

Pak Agung mengangguk tanpa bertanya mengapa karena dia sudah paham betul dengan putri bosnya yang satu ini.

Nania memasuki ruangan Andi.

“Akhirnya putri kecilku ini mau menginjakkan kakinya di perusahaanku.” Ucap Andi sambil terkekeh.

“Udah deh pa.”

“Papa ga kangen sama Nana?” Lanjutnya.

“Mana mungkin aku tidak merindukan putri manjaku ini ha? Lalu untuk apa papa memanggil mu jika bukan karena ingin melihat putriku.”
Andi menyusul duduk di sofa bersama Nania dan membelai surai pirang milik putri bungsunya itu.

“Pa..”

“Hmm..”

“Jangan bilang sama karyawan kalo aku anak papa yaa..”

“Kenapa?”

“Ck, papa kaya ga kenal Nana aja, orang pak Agung aja paham kok Nana suruh ga bilang ke karyawan kalo Nana anak papa.”

“Malu punya papa seperti papamu ini.”

“Papaa..”

“Hahahaha.. Iya-iya, papamu tidak akan bilang kalo wanita cantik ini adalah putriku.”

“Bagaimana pekerjaanmu, apakah berat?” Tanya Andi.

“No! it’s very easy peasyy!!" Dengan muka songongnya.

“Oh oke.. then that means you ready to replace my position.”

“Ck papa! Udah ah Nana mau balik kerja nanti di omelin lagi, mana hari pertama magang udah  telat sekarang malah berduaan sama dirut nya wah di kira yang engga-engga nanti Nana.”

“Hahaha.. Kamu sendiri yang buat ini rumit bukan?”

“Iya nana yang buat, jadi papa harus bantu Nana.”

Mencium pipi Andi dan berlalu keluar untuk menyelesaikan pekerjaanya yang tertinggal.

Saat sudah kembali ke tempatnya Nania langsung ditanyai oleh mba Indah.

“Nan.”

“Iya mba?”

“Lo kenal sama pak dirut?”

“Keponakannya ya?” Tanya Rio.

“Bukan, pak Andi itu sahabat papaku.”

“Ohh.. Kirain keponakannya.”

“Hehe.. Bukan kok.”

“Tapi menurut gue lo ada mirip-miripnya sama pak Andi.”

“Ah mas Rio sotoi nih..” Ucap Nania sambil nyengir terpaksa.

“Udah ah, Nana mau selesaiin kerjaan dulu.”

“Bubar woi! Bubarrr.” Ucap Rizel.

Jam menunjukan pukul 11.30 WIB itu berarti waktu istrirahat sudah tiba, para karyawan bisa memanfaatkan waktu untuk makan siang dan melaksanakan ibadah shalat dhuhur, semua karyawan di beri waktu istriahat selama enam puluh menit sampai jam 12.30 WIB.
...

🥳🥳🥳🥳🥳

DOSENKU BOSKU SUAMIKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang