CHAPTER 16

1.3K 39 7
                                    

Kediaman utama keluarga BACHTIAR saat ini sangat ramai, semua keluarga berkumpul di sana mengingat nanti malam keluarga dari pihak laki-laki yang akan meminang putri bungsu keluarga itu akan datang.

“Nana mana? Kenapa belum turun untuk sarapan?” Tanya Andi.

“Biar Bila yang bangunin.”

“Papa yakin  mau nikahin tuh anak kecil?” Aagam menyahut.

“Siapa tau abis nikah berubah ga kaya anak kecil lagi bang.” Ridho ikut nimbrung.

“Bener kata Ridho. Kamu sama adek sendiri  ga dukung sama sekali malahan.”

“Ck, bukan ga dukung pa. Ya papa liat aja, Nana bangun pagi aja masih harus dibangunin.”

“Sudahlah serahkan semua sama Nana, itu urusan dia.” Jawab Andi malas berdebat dengan putra sulungnya itu.

Tok.. Tokk.. Tokkk…

Ceklek.

Karena tidak ada jawaban dan ternyata pintu kamar Nania tidak terkunci Nabila masuk begitu saja.

SREK.

Nabila membuka tirai kamar besar itu, sinar matahari menembus masuk ke dalam membuat gadis cantik yang sedang terlelap itu mengerjap- ngerjap matanya.

Enghh.

Gadis itu menarik selimut tebalnya untuk menutupi kepalanya. Nania yang melihat adik bungsunya itu menggeleng- gelengkan kepala sambil berkacak pinggang.

“Ya tuhan anak gadis gini amat si!”

“Woy! Bangun! Calon suami lo udah di bawah!”

Nania langsung membuka matanya mendengar ucapan Nabila, membuka selimut yang menutupinya dan langsung terduduk.

“Hah? Beneran lo kak?” Dengan nyawa yang langsung terkumpul.

“Ga sabaran bat dah pen ketemu. Gue boong gitu aja langsung bangun.”

“Ck, nyebelin sumpah. Gue masih ngantuk! Ngapain juga bangun pagi orang libur sih.”

Nania menghamburkan tubuhnya lagi ke Kasur empuk itu tapi belum juga satu menit dia sudah terduduk kembali di tarik oleh Nabila.

“Bangunnn!!”

“Lo itu udah mau nikah dek! Masa bangun pagi aja harus di bangunin sih!”

“Ck, yaelah mak emak cerewet amat si.”
Nabila menarik adiknya dan memasukannya ke kamar mandi.

“Cepet mandi! Habis itu turun, udah di tunggu sama semua orang!” Teriak Nabila sudah kehabisan kesabaran.

“Nana mana kak?” Tanya Nadia.

“Baru mandi ma.”

Nadia yang mendengar jawaban Nabila hanya menggelengkan kepalanya.

Saat semua sudah selesai melakukan sarapan Nania baru turun. Tersisa Nadia dan Nabila di meja makan.

“Pagi mam.”

Nania duduk di depan mama dan kakak perempuannya sambil memakan sarapan.

“Dek.”

“Hm?”

“Kamu sebentar lagi udah ga tinggal sama mama, jadi kamu harus biasain buat bangun pagi.”

“Kenapa? Mama gamau sama Nana lagi?.”

Nadia membuang nafas kasar.

“Bukan gitu dek, kamu akan menikah itu berarti setelah menikah kamu harus ikut suami kamu.” Jelas Nabila.

DOSENKU BOSKU SUAMIKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang