CHAPTER 14

1.3K 41 6
                                    

Halo!!!Halooo!!!! ASSALAMUALAIKUM GUYSSS!!!! GIMANA KABARNYAA???? BAIKYAAA (AAMIIN) MAAP NI AUTHORNYA BARU PUBLIKASI SEKARANGGG😌
MAKASIH LOH YANG DM NANYAIN KAPAN DI UP LAGII, JADI TERHARU AUTHOR😅 TAUNYA KAN GA DA YANG BACA YAA, EHH TERNYATA ADA JUGA YANG MINAT BACA
TULISAN ORANG GABUTT.
JANGAN BOSEN BOSEN NUNGGU AUTHOR PUBLISH YAAAA🥰
ILY30000000000 BUAT KALIANN❤️

HAPPY READING!! SEMOGA MENGHIBURR😌

∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆




Aagam menghampiri Nania yang masih setia dengan tatapan kosongnya itu, Aagam berfikir akan mengagetkan adik bontotnya untuk sedikit menghibur dan menyadarkan Nania dari lamunannya, tapi ia urungkan karena dia takut adiknya itu justru marah dan tidak mau bercerita kepadanya.

“Ngelamunin apa si dek.”

Aagam duduk di samping Nania sambil merangkul pundak Nania dengan salah satu tangannya.

“Ngagetin.” Balas Nania datar.

“Kamunya aja yang melamun.”

“Baru pulang?”

“Ck, tu kan kamu kelamaan ngelamun nih, orang kakak aja udah mandi wangi gini, ya udah pulang dari tadi lah, kamunya aja ga sadar.”

Aagam, Nabila dan Nania memang sering menggunakan ucapan yang bisa dibilang tidak sopan, seperti ketika Nania menyebut kakak-kakaknya dengan lo-gue dan sebaliknya. Tapi itu sudah biasa di antara mereka bertiga, ketika situasi mereka memang sedang serius mereka berbicara dengan tata krama pastinya.

“Masa sih, padahal Nana ga ngelamun.” Ucapnya sambil menunduk.

“Gausah bohong, gue kakak lo. Kalo ada apa-apa cerita.”

“Iya udah tau, tapi lagi ga ada apa-apa.”

“Tatap mata kakak kalo kamu memang ga ada masalah.”

Nania tidak berani menatap mata Aagam, bahkan bukan cuma Aagam. Nania tidak berani menatap orang terdekat yang sangat mengenalnya ketika dia menutupi sesuatu atau berbohong.

Aagam membuang nafas kasar melihat adik bungsunya yang masih saja menunduk itu.

“Dek.”

Nana mengangkat kepalanya, menatap Aagam dan tersenyum, Beberapa saat pandangan mereka bertemu, saling menatap. Dan seketika tangis Nania pecah, dia menangis tersedu-sedu di pelukan kakak tertuanya itu.

Aagam tidak membuka suara ,memberi kesempatan untuk adiknya meluapkan semua dengan tangisnya sebelum Nana siap bercerita. Aagam memeluk Nania erat, mengelus rambut pirang panjang adiknya untuk menenangkannya.

Hiks Hiks Hiks..

Nania masih menangis di dada bidang Aagam. Hampir setengah jam dia habiskan hanya untuk menangis hingga sekarang dia baru melepaskan pelukannya dari Aagam, mengusap matanya, mengatur nafasnya yang tersengal-senggal.

Hiks..

“Kak.” Masih dengan sesegukan sisa tangisnya itu.

“Kak Aagam pasti suka capek jaga Nana sama Kak Bila selama ini.”

“Maaf Nana masih suka ngrepotin Kak Aagam. Harusnya Nana itu tau kalo kakak udah punya keluarga sendiri, udah punya tanggung jawab yang lebih besar, tanggung jawab buat istri sama anak kakak.”

DOSENKU BOSKU SUAMIKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang