CHAPTER 12

1.4K 50 9
                                    

Sudah pukul tiga sore dan kelas Nania baru selesai, dia memasukan beberapa bukunya ke dalam loker yang bertuliskan Nania Kirania.B. itu lalu menutup dan menguncinya.

Saat Nania memutar tubuhnya dia dikagetkan dengan kehadiran seseorang yang entah sejak kapan ada di belakangnya itu.

“Hehe, sorry ngagetin.”

“Udah di jemput belum?” Tanyanya to the point.

“Enggak di jemput, ini baru mau pesen taksi.”

“Gausah, gue anterin aja.”

“Hah? Ga salah denger kan gue. Lo kesini cuma mau nawarin gue pulang bareng?”

“Kalo iya ga masalah kan buat lo?”

“Eh. Enggak si.”

“Yaudah ayok!” Ucapnya sambil menggandeng tangan Nania tiba-tiba dan berjalan menuju ke tempat mobilnya berada.

Saat mereka keluar dari gerbang kampus Nania melihat bakso favoritnya yang sudah lama tidak berjualan, dan Nania langsung teriak.

“Ih Mang Adin jualan lagi!!” Teriaknya antusias.

“Lo mau?”

“Lo sendiri?”

“Kalo lo mau ya kita beli lah, mumpung laper juga nih gue.”

“Beneran? Ya udah ayok!” Ucapnya semangat.

Rafa yang melihat tingkah Nania yang tidak biasanya itu pun tersenyum.

“Mang dua yaa… Yang punya Nania kaya biasa.”

“Mang kok udah lama banget si ga jualan? Kan jadinya Nania ga bisa makan bakso.” Lanjutnya lagi.

“Siap neng! Eh mamang teh pulang kampung neng, makanya ga jualan.”

“Oh.. Besok-besok kalo pulang kampung jangan lama-lama mang.”

“Kenapa atuh neng?”

“Kan saya kangen.”

“Kangen sama saya neng?”

“Sama baksonya mang Adin lah.”

“Kirain teh neng Nia kangen sama saya.” Ucapnya sambil meletakkan dua mangkok bakso untuk Rafa dan Nania.

“Enggak mang, sama yang ini aja saya kangennya.” Balasnya sambil menunjuk mangkok bakso di depannya.

“Gue baru tau kalo ada bakso se enak ini di kampus.” Kata Rafa.

“Lo sih ga pernah makan di sini.”

“Ini lagi makan.”

“Ck, kan baru sekalii..”

“Iya-iya.”

“Nan..” Lanjutnya lagi.

“Hmm..” sambil memakan baksonya.

“Gue serius sama perkataan gue tadi.”

“Hah? Perkataan yang mana Raf?”

“Kalo gue mau kenal lo lebih deket, gue mau jadi orang spesial buat lo.”

Nania mendongakkan kepalanya, menatap lekat bola mata Rafa yang di lihatnya memang serius.

“Balik yok Raf, udah sore takut di cariin.” Katanya berdiri lalu berjalan meninggalkan Rafa.

Rafa ikut berdiri dan menghampiri Mang Adin.

“Jadi berapa bang?”

“Eh temannya Neng Nania, jadi tiga puluh ribu aja.”

DOSENKU BOSKU SUAMIKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang