CHAPTER 28

1.4K 34 0
                                    

Saat sudah sampai rumah sakit yang di katakan oleh Stella, Nania langsung berlari menuju UGD, di sana sudah terlihat Stella yang sudah tertunduk lesu tak berdaya, Nania mendekat dan membawa Stella ke dalam dekapannya.

“Nann.. Hikss Hikss Hiks.. Bunda Nann..”
Racaunya.

“Iya Stell.. Tenangin diri lo dulu.. Gue ada di sini buat lo..”

Setelah Nania merasa Stella sudah tenang dan berhenti dari tangisnya Nania melepaskan pelukannya dan menatap Stella penuh tanya.

“Kalo lo belum siap buat cerita ga masalah..”
Stella menunduk lalu menceritakan semua yang sudah terjadi antara Bunda dan Ayah nya.

“Yang sabar ya Stell..” membawa Stella ke dalam pelukannya lagi.

“Sekarang yang penting keadaan bunda..”

Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan UGD dan mendekat ke arah mereka.

“Dengan keluarga Ibu Sindi?”.

“Saya dok saya anaknya..” Jawab Stella yang reflek berdiri setelah nama orang yang ia sayang di sebut.

“Bisa ikut ke ruangan saya?”

Stella mengangguk.

“Titip bunda dulu ya Nan.”

“Iyaa..” Sambil tersenyum.

Setelah Stella pergi sekarang beberapa suster keluar dengan mendorong brankar rumah sakit yang di atasnya terdapat Sindi.

“Keluarga pasien?”.

“Saya sus..” Jawab Nania.

“Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat..”

“Silahkan sus..”

Nania mengikuti di belakang brankar sampai ruangan VVIP yang sudah di sediakan.

“Saya tinggal ya.. Nanti kalau ada apa-apa langsung panggil dokter saja.”

“Iya sus, makasih..” Ucap Nania sambil tersenyum.

Nania mendekat ke arah brankar sindi, membetulkan letak selimut hingga tidak terasa mata Nania sudah terasa panas dan ya akhirnya air matanya jatuh perlahan. Menatap Sindi yang sudah ia anggap seperti mamanya sendiri terbaring lemah tidak berdaya.

“Bundaa..” ucapnya lirih sambil mengenggam tangan Sindi.

“Nana di sini, bunda gamau peluk Nana kaya biasanya?”

“Bun cepet bangun yaa.. kasihan Stella bun..”

Pintu ruangan terbuka yang menampakkan Stella, Nania langsung membuang muka ke arah lain sambil menghapus jejak tangisnya, mendekat ke Stella dan membawanya duduk ke Sofa yang sudah di sediakan di ruangan itu.

“Gimana Stell?”

“Tinggal tunggu bunda siuman aja..”

“Alhamdulilah..”

Stella sudah terlihat lebih tenang tidak sekhawatir seperti awal tadi mungkin karena sudah mendengar penjelasan dari dokter dan bunda tidak kenapa-napa.

“Lo pasti belum makan kan?”

“Kok tau? Mulut gue bau lambung ya?”

Nania tersenyum melihat Stella yang sudah kembali.

“Kok malah senyum sih? Beneran bau lambung?”

“Engga Stelaaaa.. sahabat gue yang satu ini wangi bangettt..” Sambil memeluk Stella.

DOSENKU BOSKU SUAMIKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang