CHAPTER 23

1.3K 36 0
                                    

Tidak terasa Nania sudah satu bulan berada di tengah-tengah keluarga besar ABRAHAM, menjadi menantu dari keluarga itu. Saat ini mereka sedang melaksanakan sarapan seperti biasa. Sera memecah hening dengan membuka topik pembicaraan.

“Jadi kapan nih bunda di kasih cucu, udah ada tanda-tanda belum nih?”

Semua orang di meja makan itu menoleh ke arah suara, menatapnya mempertanyakan untuk siapa pertanyaan itu di tuju.

“Ck, kok malah pada ngeliatin bunda si.”

“Lagian bunda nanya nya kurang jelas buat siapanya.”
Sahut Aldi.

“Ya buat anak anak bunda lah masa anak tetangga sih.”

Raka dan Ray menatap bundanya itu kembali.

Sera membuang nafas.

“Ck ya kalian berempat. Terutama Ray sama Nania.”

“Oh kirain. Bener tu pengantin baru kapan kasih Alif adik.” Jawab Raka.

“Alif mau punya adik!” Sahut Alif semangat.

“Secepatnya, doain aja.” Jawab Ray Santai.

Uhuk Uhuk Uhuk..

Nania tersedak setelah mendengar apa yang di ucapkan Ray.

“Hati-hati dek ini minum dulu.” Arin memberikan air putih.

“Makasih kak.”

“Jadi gimana Nan?” Tanya Sera penuh harap.

“Hah? Em ya doain aja bun.”

Setelah selesai satu persatu berpamitan dan pergi.

======

“Pak.”

Ray tidak menanggapi.

“Pak Ray!”

“Hmm.”

“Maksut dari ucapan bapak tadi apa?”
Sedikit sewot.

“Yang mana?”

“Yang tadi waktu di rumah?”

“Banyak, saya ga inget.”

“Ck, serius pak!” Sedikit berteriak.

“Nggak sopan kamu ya sama dosen.”

“Bapak sekarang lagi gak jadi dosen!” Kesalnya.

“Lah terus saya apa?”

“Ya bapak sekarang lagi jadi suam… Ck! Udah deh pak jawab aja pertanyaan saya.”

“Yang mana?”

Nania membuang nafasnya kasar.

“Maksud dari jawaban bapak secepatnya, dari pertanyaan bunda.”

“Lah terus maksud dari ucapan kamu doain aja itu apa? Bukannya kamu setuju dengan ucapan saya.”

(Author: SKAKMAT!! Hahaha)

“Ya.. ya.. saya kan cu..Cuma asal aja.”

“Ya sudah berarti saya juga asal.”

“Ck! Serius pak!”

“Saya bukan bapak kamu.”

“Pak.”

“Kalau saya jawab jika jawaban saya tadi serius kamu mau?”

Dirinya menghembuskan nafas nya kasar.

“Tuhann! Ni orang mancing kesabaran gue terus dah!” Batinnya.

DOSENKU BOSKU SUAMIKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang