12. Balapan

280 154 118
                                    

HAPPY READING!❤

oOo

Zetta berjalan memasuki bandara mengikuti langkah laki-laki di depannya. Malam ini, gadis yang mengenakan jaket denim berwarna hitam itu mengantar Zidan yang akan terbang menggunakan pesawat menuju Los Angeles.

Zidan melangkahkan kakinya menuju terminal keberangkatan diikuti Zetta dan dua bodyguard di belakangnya. Keempatnya menghentikan langkah kaki mereka setelah berada di depan gate untuk menuju pesawat.

"Masih ada waktu tiga puluh menit sebelum pesawat gue take off. Ada yang mau lo bicarain lagi?"

Zetta menatap Zidan, kemudian menggeleng seraya tersenyum manis.

"Lo nggak mau balikan sama Revan?" tanya Zidan tiba-tiba.

"Revan udah punya tunangan, Kak."

"Baru tunangan, kan? Belum nikah? Artinya masih bisa ditikung."

Zetta membulatkan matanya. Menatap laki-laki di depannya tidak percaya. Zidan sesat! batinnya.

"Lo emang udah punya pengganti Revan. Tapi gue yakin, Alvin nggak akan pernah bisa sebaik Revan. Gue tau, masih ada beberapa persen perasaan buat Revan di hati lo." Zidan terus-terusan menyudutkan adiknya.

Zetta mengalihkan pandangannya dari Zidan. Memang benar, masih ada sedikit perasaan untuk Revan. Tetapi, Revan sudah memiliki tunangan. Zetta tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain.

"Jangan kayak cewek lemah, Zetta. Lo bisa dapetin dia kalo lo mau," lanjut Zidan.

Zetta menggeleng tegas. "Sesuatu yang udah pernah gue lepas, nggak akan lagi gue ambil kembali."

Zidan menarik sudut kiri bibirnya. "Yakin?"

Zetta mengangguk cepat. Sangat yakin dengan keputusan yang telah dia ambil.

"Lo harus inget kata-kata gue. Jangan terlalu percaya sama yang namanya cowok."

Zetta mengerutkan keningnya, kemudian mengangguk.

"Ya udah. Gue pergi, ya? Jaga diri lo baik-baik. Kalo kangen sama gue, vidcall aja," ujar Zidan.

"Iya, Kak Zidan. Hati-hati, ya!"

Zidan mengangguk. Lalu memeluk erat adik kesayangannya itu. Zetta membalas pelukan Zidan dengan tidak kalah erat.

Keduanya melepaskan pelukan mereka. Zidan tersenyum kepada adiknya. Lalu melangkahkan kakinya menjauhi Zetta diikuti dua bodyguard di belakangnya.

Zetta membalikkan badannya, lalu segera berjalan keluar bandara untuk memanggil taksi. Gadis itu memutuskan untuk menyusul teman-temannya yang sedang menonton balapan.

***

Deru motor sport mulai terdengar ketika pemandu balapan melepaskan bendera. Dua pengendara motor sport yang mengikuti balapan saling menyalip.

Seluruh penonton balapan bersorak untuk mendukung jagoan mereka. Membuat suasana malam yang tadinya ramai, kini bertambah ramai.

Kedua motor sport melewati garis finish secara bersamaan, tidak ada yang menang ataupun kalah.

Alvin membuka helm full face-nya. "Sial! Harusnya gue yang menang."

Revan ikut membuka helm full face-nya. "Seenggaknya, lo nggak kalah dari gue."

"Kalo aja motor gue kemarin di service, pasti gue bakal menang dari lo," ujar Alvin seraya memaki-maki motornya yang belum di service.

Revan hanya terkekeh pelan. Cowok itu sudah terbiasa dengan sifat Alvin yang selalu ingin lebih unggul darinya. Kedua cowok itu turun dari motor sport mereka masing-masing.

SHAMBLES (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang