30. Kebenaran

217 104 146
                                    

HAPPY READING!❤

oOo

Adela telah sampai di depan sebuah rumah minimalis milik seseorang. Gadis itu melangkahkan kakinya memasuki gerbang yang terbuka, kemudian mengetuk pintu rumahnya.

Tok tok tok...

Seseorang membukakan pintu, lalu memandang Adela dengan pandangan bingung.

"Kamu cari siapa?" tanya wanita paruh baya tersebut.

"Apa benar ini rumah Tuan Takahashi?"

"Iya, benar," Wanita paruh baya itu nampak mengingat-ingat. "Saya seperti pernah melihat kamu. Tapi, kapan? Dan, di mana?"

Adela mengembangkan senyumnya. "Tiga tahun yang lalu. Kita bertemu di Aditama Hospital."

"Apakah kamu Nona Adelaide? Putrinya Pak Reano Aditama?" tanya wanita paruh baya tersebut setelah mengingat semuanya.

Adela mengangguk seraya tersenyum ramah. "Iya, Tante. Nama aku Adelaide, pangil aja Adela."

Wanita paruh baya tersebut nampak senang, lalu mempersilakan Adela masuk ke dalam rumahnya. "Ayo, masuk ke rumah Tante."

Adela masuk dan memandang interior di sekelilingnya yang rapi dan nampak indah walau ruangan tersebut tidak terlalu besar.

"Ayo duduk, Adela."

Adela duduk di sofa ruang tamu tersebut. "Terima kasih, Tante."

"Haru! Tolong buatkan minuman untuk tamu!" teriak Ibu mendiang Azusa.

"Enggak usah, Tante. Jangan repot-repot."

"Enggak papa. Enggak ngerepotin kok," Wanita itu menatap Adela penasaran. "Jadi, ada apa kamu datang ke sini?"

"Tante Ibunya mendiang Azusa?"

Wanita itu mengangguk. "Iya. Nama Tante, Maria."

Saat sedang mengobrol. Seorang gadis berusia sekitar 12 tahun menghampiri keduanya dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat 3 gelas sirup jeruk. Gadis itu memindahkan ketiga gelas minuman yang dibawanya ke atas meja.

"Kok ada tiga gelas?" tanya Maria bingung.

"Yang satu buat Haru," jawab gadis itu seraya tersenyum.

Maria ikut tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu kembali menatap Adela. "Oh, iya, Adela. Ini adiknya Azusa, namanya Haruka."

"Halo, Kak. Nama aku Haruka."

Adela mengembangkan senyumnya. "Hai, Haruka. Nama aku Adela."

"Kak Adela cantik sekali," ujar Haruka seraya tersenyum.

"Terima kasih. Haruka juga cantik."

Maria mengusap kepala putri bungsunya yang nampak senang ketika bertemu dengan Adela.

"Jadi, Tante, Adela mau berterima kasih karena putri Tante telah mendonorkan kornea matanya untuk Adela," ucap Adela.

"Kamu nggak perlu bilang terima kasih. Harusnya kami yang berterima kasih, karena Azusa mendonorkan kornea matanya dengan sukarela. Tetapi, Ayah kamu malah memberikan kami uang dengan jumlah yang sangat banyak," terang Maria.

Adela menarik senyumnya, lalu memandang sekelilingnya. "Ayahnya Haruka nggak di rumah?"

"Iya. Suami Tante lagi ke warung. Dia lama mungkin ngobrol dulu sama temannya, karena kita cuma satu tahun sekali datang ke sini," jawab Maria.

Adela mengangguk paham. "Tante di sini, karena-"

"Karena besok adalah tiga tahun meninggalnya Azusa. Kita datang ke Indonesia cuma untuk mengunjungi makam Azusa. Setelah itu, kita kembali lagi ke Jepang, karena Ayah Haruka harus mengurus kembali restoran miliknya," jelas Maria. Memotong ucapan Adela.

SHAMBLES (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang