36. Perkelahian

149 71 67
                                    

HAPPY READING!❤

oOo

Alvin dan kelima temannya sedang duduk di bangku yang berada di depan kelas 12 IPA 1. Di saat kelima temannya mengobrol seraya bersenda gurau, Alvin memilih memandangi lantai yang berada di bawahnya. Pikirannya sangat kalut karena kandasnya hubungannya dengan Adela.

Seseorang mengulurkan tangannya seakan ingin berjabat tangan. Hal itu membuat Alvin menatap tangan di depannya, lalu menatap wajah orang tersebut. Ternyata orang tersebut adalah Revan. Cowok itu baru saja datang bersama Dimas dan Elang di sisi kanan dan kirinya.

Alvin hanya diam seraya mengerutkan keningnya bingung. Revan yang paham akan kebingungan Alvin segera membuka suara.

"Gue minta maaf soal ucapan gue semalem. Enggak seharusnya gue bikin lo makin down karena kalimat-kalimat yang keluar tanpa gue saring," jelas Revan.

Alvin masih diam dan mengabaikan jabatan tangan Revan. Hingga tiba-tiba, Ryan membalas jabatan tangan Revan untuk mewakili Alvin.

"Santai aja, Bro," balas Ryan.

"Semua kalimat lo semalem bener, Van. Gue brengsek. Gue udah kecewain Adela," ucap Alvin tiba-tiba.

Revan melepaskan jabatan tangannya dengan Ryan. Kemudian mengembuskan napasnya kasar. Kini Revan benar-benar merasa bersalah karena ucapannya. Dia tidak menyangka jika Alvin bisa baperan seperti ini. "Sorry, Vin."

"Bagus kalo lo sadar," timpal Elang. Membuat perhatian kedelapan cowok itu tertuju padanya.

"Enggak usah ikut-ikutan lo, Lang," sahut Fendy kesal. Dia tidak ingin jika Elang memancing emosi Alvin dan nantinya malah terjadi keributan.

"Yang Revan bilang bener. Lo brengsek. Lo khianati Adela," lanjut Elang. Cowok itu berbicara tanpa ekspresi dan menatap tepat pada manik mata Alvin.

"Lo bilang apa?" Alvin berdiri dari duduknya dan menatap Elang tajam. "Lo pikir gue nggak tau kalo lo suka sama Adela?"

Elang menarik sudut kiri bibirnya. "Gue seneng, akhirnya Adela lepas dari cowok brengsek."

"Bangsat!" umpat Alvin yang langsung menarik kerah seragam sekolah Elang karena emosinya terpancing.

Semua temannya dengan sigap segera memegangi bahu keduanya agar tidak terjadi perkelahian antara ketua dan anggota ZAVEROV tersebut.

Namun pada akhirnya sia-sia. Alvin yang sudah sangat emosi dengan Elang segera memukuli wajah cowok itu. Elang tidak tinggal diam dan membalas pukulan Alvin.

Semua temannya berusaha memisahkan perkelahian keduanya sebelum semakin brutal. Hingga akhirnya, teriakan seorang pria berhasil membuat perkelahian keduanya berhenti.

"ALVIN! ELANG! BERHENTI!" teriak Pak Doni dari kejauhan yang menggelegar di koridor lantai tiga.

Semuanya terdiam tidak ada yang berani membuka suara. Mereka tidak ingin berurusan dengan Pak Doni yang notabenenya adalah guru paling killer di SMA Aditama.

"BERKELAHI TERUS! MAU JADI JAGOAN KALIAN?!" lanjut Pak Doni yang sudah berdiri di antara Alvin dan Elang.

"Squat jump dua puluh lima kali. Sekarang!" perintah Pak Doni yang langsung dilakukan keduanya.

Setelah keduanya selesai melakukan squat jump, Pak Doni menatap Elang yang berdiri di sebelah kirinya. "Elang, kenapa kamu berkelahi? Enggak seharusnya kamu membuat keributan di sekolah. Mau saya laporin ke Ayah kamu?"

"Saya minta maaf, Pak. Saya berjanji tidak akan mengulang lagi," jawab Elang.

Pandangan Pak Doni tertuju pada luka yang berada di dahi Elang. "Dahi kamu berdarah. Pergi ke UKS dan obati."

SHAMBLES (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang