22. Curhat

238 112 118
                                    

HAPPY READING!❤

oOo

Sekolah sudah berakhir sejak 10 menit yang lalu. Alvin melangkahkan kakinya memasuki lapangan basket indoor sekolahnya. Terdapat para adik kelasnya yang sedang melakukan latihan basket karena minggu depan akan ada Pertandingan Olahraga yang diadakan di sekolah lain yaitu SMA Trisakti.

Alvin duduk di salah satu bangku yang berada di pinggir lapangan. Perhatian cowok itu tertuju pada bola basket yang sedang dilempar ke sana kemari. Alvin menarik tipis sudut bibirnya. Dia sangat menyukai basket dan basket adalah olahraga favoritnya.

"Apa kabar, Kapten Basket SMADITA?" sapa seorang pria yang kini duduk di sebelah Alvin.

Alvin terkekeh mendengar sapaan Pak Alex. "Saya bukan Kapten Basket lagi, Pak."

Pak Alex ikut terkekeh. "Walaupun kamu bukan Kapten Basket lagi. Tapi, kamu tetap berharga buat saya dan sekolah ini."

Alvin hanya tersenyum. Cowok itu kembali menatap ke depan. Tetapi, kali ini tatapannya kosong.

"Kamu kenapa? Sedang ada masalah?" tanya Pak Alex seraya memegang bahu Alvin. Membuat cowok itu menoleh.

"Bapak pernah buat kesalahan yang besar?"

Pak Alex mengangguk pelan. "Pernah."

Alvin sedikit terkejut. "Kesalahan apa?"

"Kamu tahu Darren anak saya?"

Alvin menganggukkan kepalanya.

"Dia baru berumur lima tahun. Tetapi, ketika dia nakal dan membuat nangis anak orang. Saya langsung memarahinya hingga membentaknya. Dan setelah itu, saya merasa sangat bersalah karena telah menyakiti perasaan Darren."

"Terus, apa yang Bapak lakukan?"

Pak Alex terkekeh pelan. "Tentu saja meminta maaf kepada Darren. Lalu semua masalah selesai."

Alvin menundukkan kepalanya. Andai saja masalahnya sekecil itu. Alvin pasti tidak akan sekacau ini. Dia tidak akan melampiaskan kemarahannya kepada Zetta dan membuat gadisnya sedih.

"Kamu tahu, Alvin? Apa hal yang lebih sulit daripada meminta maaf?" tanya Pak Alex.

Alvin menggeleng pelan.

"Hal itu adalah memaafkan, terutama memaafkan diri kamu sendiri. Itu yang lebih sulit."

"Gimana cara memaafkan diri sendiri?" tanya Alvin bingung.

"Berhenti menyalahkan diri kamu dan berhenti mengingat kesalahan yang kamu buat. Fokuslah pada apa yang bisa membuat kamu senang," jelas Pak Alex.

Alvin memandang kosong ke depan. "Terus, apa yang harus kita lakukan dengan orang yang selalu mengingatkan kita dengan kesalahan tersebut?"

"Tunjukan pada dia, jika kita sudah tidak peduli lagi dengan permasalahan itu."

Alvin menoleh ke arah Pak Alex. Cowok itu menarik senyumnya. "Bapak selalu ngasih saya solusi yang keren. Makasih, Pak."

Pak Alex ikut tersenyum, lalu mengangguk. "Kamu merasa beruntung punya guru seperti saya?"

"Banget, Pak," balas Alvin senang.

Pak Alex menepuk-nepuk pundak Alvin, lalu berdiri dari duduknya. "Ya sudah. Saya mau ngelatih adik kelas kamu."

"Ini Vano kok lama banget? Katanya cuma sebentar," lanjut Pak Alex seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh lapangan basket indoor.

Alvin mengerutkan keningnya. "Emang Vano ke mana, Pak?"

"Tadi, saya suruh dia ngambil buku nilai saya di kelas dua belas IPS lima."

SHAMBLES (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang