29. Rumah Sakit

234 104 132
                                    

HAPPY READING!❤

oOo

Adela melangkahkan kakinya masuk ke dalam Rumah Sakit. Gadis itu berjalan menghampiri tempat resepsionis Rumah Sakit tersebut untuk menanyakan sesuatu.

"Permisi. Saya mau bertanya, apakah saya bisa menemui Dokter Sandy sekarang?" tanya Adela sopan.

"Sebentar, saya akan mengecek jadwalnya," jawab resepsionis, lalu segera memeriksa jadwal para dokter yang ada pada komputernya.

"Bisa, Nona. Kebetulan, Dokter Sandy sedang tidak ada pasien sekarang ini," lanjut sang resepsionis, setelah selesai memeriksa jadwal.

"Adela?" panggil seseorang. Membuat gadis yang dipanggil namanya langsung menoleh.

"Dokter Sandy," gumam Adela. Gadis itu berjalan menghampiri Dokter Spesialis Mata tersebut dan juga Ayah dari sahabatnya, Diva.

"Kita bisa berbicara di ruangan saya," ucap Dokter Sandy. Lalu keduanya berjalan memasuki lift untuk menuju ruangan Dokter Sandy.

Pintu lift terbuka. Membuat beberapa orang di dalamnya keluar. Dokter Sandy membuka pintu ruang pribadinya dan mempersilakan Adela untuk duduk di kursi yang berhadapan dengan kursinya.

"Ada apa, Adela? Apa ada hal penting yang ingin kamu bicarakan?" tanya Dokter Sandy.

Adela menatap pria yang duduk di depannya. "Dokter Sandy yang menangani operasi transplantasi kornea mata saya tiga tahun yang lalu, kan?"

"Itu benar. Lalu, kenapa? Apa ada masalah?"

"Siapa nama pendonor kornea mata untuk saya?"

Dokter Sandy menghela napasnya pelan, lalu menatap Adela serius. "Begini, Adela. Ini kebijakan Rumah Sakit dan pasien tidak boleh mengetahui hal pribadi tentang pasien yang lain."

"Saya mohon, Dokter. Saya pengen tau siapa orangnya, karena saya mau bilang terima kasih ke keluarganya," pinta Adela memelas.

"Tetapi, Adela-"

"Dokter tau siapa nama belakang saya, kan?" sela Adela.

Dokter Sandy terdiam. Karena tidak ingin kehilangan pekerjaannya di Rumah Sakit ternama di 5 negara ini, Dokter Sandy berjalan dan membuka lemari kaca berisi dokumen-dokumen medis pasiennya.

Pria yang memakai jas berwarna putih tersebut mencari di sekitar dokumen medis pasien pada 3 tahun yang lalu. Dan akhirnya, Dokter Sandy menemukan dokumen medis tentang operasi transplantasi kornea mata Adela.

"Ini dokumen medisnya. Kamu bisa baca sendiri," ucap Dokter Sandy seraya menyerahkan dokumen medis tersebut kepada gadis di depannya.

Adela menerimanya dan langsung membukanya. Gadis itu membaca tulisan-tulisan yang tertulis di dalamnya. Adela terkejut saat membaca nama pendonor kornea mata untuknya.

"Nama pendonornya Azusa Takahashi. Usia empat belas tahun," ujar Adela pelan.

Adela menelan salivanya secara kasar, lalu menatap pria di depannya yang juga sedang menatapnya. Gadis itu masih tidak percaya, jika yang menjadi pendonor kornea mata untuknya adalah Azusa.

"Bagaimana, Adela?"

"Kalo boleh tau, dulu Azusa sakit apa, Dok?" tanya Adela.

"Leukemia," jawab Dokter Sandy. Membuat Adela menatapnya terkejut.

"Terima kasih, Dokter. Saya permisi," pamit Adela, lalu segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Dokter Sandy.

***

SHAMBLES (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang