8. Hukuman

321 171 120
                                    

HAPPY READING!❤

oOo

Zetta bersama ketiga sahabatnya melangkahkan kaki mereka menuju toilet perempuan kelas 12 yang berada di lantai 3. Keempat gadis dengan seragam putih abu-abu itu masuk ke dalam dan menutup rapat pintu toilet tersebut.

"Mau ngapain kalian?" tanya Melva yang sedang bercermin seraya melirik empat bayangan gadis pada cermin di depannya.

Nina menatap sinis gadis berambut ash grey di depannya. "Lo lagi coba cari muka di depan anak-anak ZAVEROV?"

Melva membalikkan badannya. "Buat apa gue harus cari muka? Tanpa dicari, gue juga udah punya posisi."

"Terus kenapa yang lo deketin itu anak-anak ZAVEROV? Kenapa nggak orang lain aja?" tanya Sherly yang berdiri di sebelah Nina.

Melva menatap satu per satu gadis di depannya, dan tatapan terakhir jatuh pada Zetta. "Mereka aja nggak masalah. Kenapa malah kalian yang ribut?"

Zetta hanya terdiam seraya memikirkan sesuatu. Ingin sekali dirinya bertanya kepada Melva, apa hubungannya dengan Alvin? Namun, dia belum menemukan waktu yang tepat. Tetapi, apakah sekarang waktu yang tepat untuk menanyakan hal tersebut?

"Awas aja kalo lo deketin cowok gue!" ujar Diva yang berdiri di sebelah Zetta.

Melva menoleh ke arah Diva, lalu menarik sudut kiri bibirnya. "Gue nggak tertarik sama cowok lo. Karena, gue lebih tertarik sama satu cowok yang udah gue kenal dari dulu."

"Siapa yang lo maksud?" tanya Zetta.

Melva mengubah raut wajahnya seperti orang yang sedang berpikir. "Em... Maybe, your boyfriend."

Zetta membulatkan matanya, lalu segera menjambak rambut ash grey milik Melva. "Jangan pernah lo berharap bisa ngerebut Alvin dari gue!"

Tiba-tiba, Melva tertawa tanpa sebab. Membuat Zetta melepaskan jambakan pada rambut gadis itu. "Hahaha! Yakin banget, ya? Kalo gue beneran bisa rebut Alvin dari lo gimana?"

Plak!

Zetta menampar pipi kiri Melva dengan cukup keras. "Nggak akan pernah gue biarin hal itu terjadi!"

Melva memegang pipi kirinya seraya menatap Zetta geram. "Berani lo nampar gue?!"

Diva dan Sherly yang melihat Melva akan menampar Zetta segera memegangi kedua tangan gadis itu.

Zetta menatap kedua bola mata Melva tajam. "Gue nggak tau apa tujuan lo pindah ke sekolah ini. Tapi, gue peringatin sama lo! Jangan pernah lo berpikir buat ganggu hubungan gue sama Alvin!"

Tanpa diduga, Melva menghempaskan cekalan di kedua tangannya secara kasar. Membuat Sherly dan Diva terjatuh di lantai toilet. Kemudian, gadis berambut ash grey itu segera menjambak rambut cokelat gelap milik Zetta.

Zetta yang tidak mau kalah juga ikut menjambak rambut Melva. Ketiga sahabat Zetta kesusahan memisahkan Zetta dan Melva yang kini masih jambak-jambakan seraya terduduk di lantai toilet.

Melva berteriak ketika Zetta menjambaknya dengan sangat kasar. "Akh! Sakit!"

Brak!

Seseorang membuka pintu toilet secara kasar, membuat kelima gadis itu langsung menatap ke arah pintu toilet.

"Hiks! Alvin!" teriak Melva seraya menangis, lalu segera berlari ke arah Alvin dan memeluk cowok itu.

Zetta berdiri dengan dibantu oleh ketiga sahabatnya.

Alvin menatap Zetta tidak percaya. "Lo apa-apaan Zetta?!"

Zetta terkejut ketika Alvin menggunakan kata 'lo' kepada dirinya. "Alvin-"

SHAMBLES (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang