44. Penjelasan

133 49 50
                                    

HAPPY READING!❤

oOo

Banyak murid yang berlarian keluar dari kelas mereka setelah bel istirahat berbunyi. Begitu pun dengan Alvin, cowok itu berjalan keluar kelas bersama Ryan dan Fendy. Mereka akan menuju kelas Adela untuk menanyakan sesuatu. Tepatnya, Alvin yang akan bertanya kepada Adela.

"Woi, Van!" panggil Fendy setengah berteriak ketika melihat Vano sedang mengobrol dengan seorang gadis.

Vano berlari kecil ke arah teman-temannya. "Kalian pada mau ke mana?"

"Mau ke kelas cewek lo," jawab Fendy.

"Wait! Lo tadi ngobrol sama cewek siapa, Anjir. Parah banget lo nge-duain Nina," timpal Ryan.

"Ck! Itu anak IPA tiga. Nanyain tugas dari Pak Doni. Gue nggak mungkin selingkuh dari Nina," jelas Vano.

"Dasar bucin!" cibir Fendy.

Kini keempatnya telah sampai di depan pintu kelas Adela. Alvin ingin masuk, tetapi seorang gadis dari dalam yang akan keluar membuat pergerakan Alvin terhenti. Gadis itu adalah Adela yang sekarang sedang memandang Alvin terkejut dan juga bingung.

"Ngapain?" tanya Adela singkat.

"Gue pengen ngobrol sama lo," jawab Alvin yang masih berdiri di pintu.

"Woi lah, ngobrol sih ngobrol. Tapi jangan di pintu juga," omel Adam yang akan keluar dari kelasnya. Membuat Alvin dan Adela menyingkir dari pintu.

Alvin segera menahan pergelangan tangan Adela ketika gadis itu hendak berjalan. "Tunggu."

"Duh, mending kalian ngobrol dulu deh," ucap Sherly.

"Iya, Del. Kita ke kantin dulu, ya. Laper banget nih," timpal Diva, lalu berjalan menuju kantin bersama Sherly.

"Vano, ikut ke kantin?" tanya Nina.

"Duluan aja, Sayang," jawab Vano.

Nina menghela napas pelan. "Kalo gitu, gue juga mau nunggu lo sama Adela deh."

"Kalian ke kantin aja dulu," ujar Adela.

Nina mengangguk, lalu menggandeng tangan Vano. Vano menarik tangan Fendy dan Fendy menarik tangan Ryan. Kini hanya tersisa Adela dan Avin yang berdiri di teras kelas Adela.

"Mau ngobrol tentang apa?" tanya Adela.

"Semalem lo ngobrolin apa sama Melva?"

Adela meremas roknya kuat. Dia sedang berusaha untuk tidak mengeluarkan emosinya. Alvin masih berduka, Adela tidak ingin menambah dukanya dengan membahas tentang masa lalu mereka.

"Lay, jawab pertanyaan gue. Sejak kemarin kita sama sekali belum ngobrol. Bahkan saat pemakamannya Bang Arsen, kita juga nggak ngobrol."

Tetes demi tetes air mata mengalir membasahi kedua pipi Adela. Ternyata dia tidak bisa menahan emosinya. Alvin yang melihat itu terkejut. Tangannya refleks menghapus air mata yang membasahi wajah cantik gadis di depannya.

"Ada apa, Lay? Apa yang Melva bilang?"

Adela hanya diam tidak menjawab. Gadis itu mengeluarkan kalung perak di lehernya yang sejak tadi tertutup oleh seragam sekolah.

Alvin menatap kalung di leher Adela. Beberapa detik kemudian, cowok itu mengerti. "Kalung itu..."

"Kenapa selama ini lo nggak bilang, Alv?" tanya Adela yang semakin menangis.

"Lay?" Alvin terkejut ketika Adela memanggilnya 'Alv'. Itu adalah panggilan saat perkenalan pertamanya dengan Adela beberapa tahun lalu.

"Lo kaget gue manggil lo Alv?"

SHAMBLES (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang