10 | Dikejar Begal

63 13 10
                                    

Enjoy guys🤗
Semoga kalian suka, ya.
Jangan lupa kasih vote-nya❤️

Hari ini Jakarta terasa lebih panas. Sepertinya matahari telah memakan banyak energi, sehingga panasnya begitu menyengat. Seperti biasa, jalanan Jakarta cukup padat. Padahal mereka sengaja berangkat lebih awal, tapi tetap saja tidak dapat menghindar dari kemacetan tersebut.

Kemacetan ini tidak membuat Alga, Talitha, dan Keina merasa bosan, mereka tetap santai. Diiringi alunan musik yang ringan membuat mereka tetap nyaman di dalam mobil.

"Jakarta sepadat ini, ya?" Alga menghela napas.

"Ya begitulah," sahut Keina.

"Weh, kalian makan apaan tuh?"

"Udah, Al. Di depan tuh diem aja, deh." Keina memasukkan sebuah camilan ke dalam mulutnya. Begitu pun dengan Talitha. Merasa tidak dianggap, Alga merampas sebungkus makanan ringan yang tengah Talitha genggam.

"Dasar anak celamitan!" Talitha melipat kedua tangannya di depan dada dan mengedarkan pandangannya ke kaca mobil.

"Biarin." Alga menjulurkan lidahnya.

"Eh, abis ke Monas kita mau ke mana?" tanya Alga.

"Aku juga masih bingung. Menurut kalian ke mana?" sahut Keina.

"Ke Kota Tua gimana?" Alga membalikkan tubuh, menatap kedua sahabatnya.

"Wah, boleh tuh! Selain luas, kita juga bisa main sepeda di sana," ucap Keina antusias.

"Kalo gue terserah kalian aja yang penting bisa jalan-jalan."

Selain bersama keluarga, perjalanan yang menyenangkan juga dapat dirasakan bersama sahabat. Tanpa ada rasa ragu untuk tertawa, saling mengejek, dan pastinya lebih bebas. Itulah yang mereka rasakan saat ini.

Setelah berhasil melewati kemacetan, mereka bertiga telah berdiri tepat di depan Monumen Nasional.

"Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas adalah monumen setinggi 132 meter atau 433 kaki."

"Wow. Lo kayaknya paham banget, Na." Seketika Alga menepuk tangannya, kagum dengan penjelasan singkat Keina.

"Enggak banget, sih. Aku tau soalnya sebelum ke sini, aku udah baca artikel tentang Monas," ucap Keina sambil menatap lurus ke depan.

"Tapi by the way, ngukurnya pake kaki apa, ya?" tanya Talitha dengan wajah yang polos. Sangat polos.

Alga menonyor jidat Talitha dengan pelan.

"Ih, sakit! Lo tau sakit, nggak!" bentak Talitha sambil mengusap jidat lebarnya.

"Bodo amat, Tha."

"Monumen ini didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda." Keina menjelaskannya dengan sangat lancar, membuat Alga yang mendengar terus menatapnya lekat-lekat.

"Ekhem! Keina lo nggak sadar ya? Lo itu dari tadi jadi pusat perhatian. Padahal kita sekarang lagi di depan Monas, tapi kayaknya Alga lebih seneng ngeliatin lo." Talitha melirik Alga dengan senyuman miringnya.
"Apaan sih, Tha? Gue cuma seneng aja bisa liburan sama Keina, berasa punya pemandu wisata pribadi." Alga tertawa.

"Oh, jadi gitu, ya?" Keina bersedekap dan mengedarkan pandangannya, berpura-pura marah.

"Ha, ha, ha. Bercanda kali, Na."

"Alga emang gitu, Na. Hobinya bikin emosi, tau gini kita jangan ngajakin Alga, ya." Talitha merangkul Keina dan melangkah ke depan untuk melihat tugu itu dengan jarak yang lebih dekat.

Between Love And Ideals (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang