29 | Step by Step

31 5 4
                                    

"Kegagalan memang kerap kali membayangi, namun kesuksesan juga kerap kali memotivasi. Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Karena keberhasilan tidak pernah bosan untuk menunggu kedatanganmu."

Senyum mengulum seimbang di kedua pipi. Menerangi hari yang masih remang-remang. Menemani jalan yang terlihat lengang. Menguatkan kaki agar terus berjalan. Ada angan yang kembali terbesit. Ada tekad yang terus melekat. Juga ada keyakinan yang semakin menguat.

Sembilan hari sudah Keina di Jakarta, dia harus kembali mengarungi mimpi. Sebelum jalanan Ibu Kota memadat, Zein mengajaknya berangkat. Berbekal do’a dan restu kedua orang tua, Keina pun melangkahkan kaki.

“Keina berangkat dulu Bun, Yah.” Keina mengecup tangan Arya dan Winda. Meminta restu keduanya agar kelak dapat kembali dengan ilmu yang pastinya dapat berguna.

“Iya, hati-hati, Sayang.” Winda mengelus puncak kepala Keina.

“Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumussalam.”

🍂

Keina!” teriak seorang lelaki paruh baya berkepala plontos.

Deg!

Waduh, itu kan Pak Dosen, batin Keina.

“Iya, Pak. Bapak memanggil saya?” tanya Keina sopan.

“Iya, kamu Keina Ayu Pratibha, ‘kan?”

“Benar, Pak. Kalau boleh tahu ada apa ya, Pak?” Keina semakin penasaran.

“Saya sangat puas dengan nilai kamu. Saya sempat mengira bahwa semester ini nilaimu akan buruk. Karena beberapa bulan tidak pernah masuk. Tapi saya salah besar, ternyata nilai kamu jauh di atas rata-rata,” ucap dosen tersebut bersemangat, bangga.

“Maaf, Pak. Itu karena saya sedang ada masalah pribadi, tapi alhamdulillah kalau nilai saya bagus. Itu juga berkat bantuan Bapak yang sabar dalam membimbing saya,” Keina tersenyum sungkan.

“Pokoknya terus tingkatkan nilai kamu, jangan patah semangat, dan jangan mudah puas.” Dosen tersebut menepuk bahu Keina dengan penuh kebanggaan, tersenyum simpul dan beberapa detik kemudian berlalu.

Keina masih mematung. Hari pertama disemester dua ini disambut dengan hal yang baik. Semangat Keina semakin berkobar, dia tersenyum lebar. Akhirnya, kini Keina si periang dan berbagai mimpi telah kembali.
Keina menghela napas, tersenyum simpul. “I’m ready,” monolognya.

🍂

D

i sebuah lab, Keina tampak sibuk. Dengan mengenakan pakaian serba putih layaknya seorang dokter, Keina tengah berlatih menulis resep obat. Anggap saja untuk pasiennya nanti.

Between Love And Ideals (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang