“Dipertemukan oleh pendidikan, dan dipisahkan oleh masa depan.”
Keina tampak menghela napas sambil menatap malas ke arah lelaki di depannya. Dev mengajak Keina ke sebuah kafe untuk mengatakan suatu hal.
“Semoga di sidang skripsi nanti lancar ya, Dev.”
“Mukanya jangan sedih gitu dong. Gue nggak tega jadinya. Walaupun gue udah lulus nanti, lo masih bisa tanyain materi yang Lo nggak paham kok.”
Keina tersenyum tipis, lalu berkata, “aku udah terbiasa sama semua ini, Dev.”
Kalimat Keina terdengar ambigu. Menyisakan sebuah pertanyaan dalam benak Dev.
“Maksud lo?”
“Iya, namanya juga hidup. Semua orang bisa dateng, terus pergi. Dan aku udah terbiasa, jadi kamu tenang aja,” ucap Keina dengan suara melemah.
“Lagi-lagi impian misahin kita ya, Na?”
Sontak Keina mengerutkan dahi. Tidak mengerti dengan arti ucapan Dev tadi. Keina mencoba mencerna, tetapi dia tidak ingin mengetahuinya. Dia tahu, jika hal itu hanya membuat dia kembali merasakan sesak. Baru saja dia merasa nyaman dengan seseorang, sekali lagi Keina ditinggalkan.
Suasana menjadi canggung. Keduanya kompak saling terdiam. Membiarkan suara khalayak ramai yang saling beradu menghiasi keheningan di antara Dev dan Keina. Merasa suasana semakin buruk, Dev mengganti topik pembicaraan.
“Kalo gue wisuda nanti lo wajib dateng ya, Na. Gue mau Lo bawain buket bunga kayak anak-anak yang lain.” Dev menaik-turunkan kedua alisnya.
“Ih, masa kamu yang minta. Kalo gitu mah namanya maksa." Keina menyenderkan tubuhnya ke kursi.
“Biarin. Lagian Lo anaknya nggak pekaan. Kalo gue nggak minta, Lo nggak bakalan tau. Boro-boro bawa kembang, dateng aja kayaknya juga ogah, 'kan?” ketus Dev.
Keina enggan menjawab, dia hanya memutar bola matanya malas. Dev selalu saja bisa mencairkan suasana. Bagaimanapun caranya. Benar memang, terkadang orang cuek jika sudah akrab akan jauh lebih asik.
Mengingat ada aturan khusus dari ibu kos, bahwa penyewa kos putri tidak boleh keluar lebih dari pukul sembilan malam, Keina berpamitan untuk pulang. Keina tampak mengeluarkan sebuah ponsel, dia mencoba menghubungi ojek online. Namun, Dev menahan tangan Keina.
“Balik sama gue aja, gue bawa motornya si Vero. Nggak ada penolakan, ini udah malem. Lagian lo ke sini kan gue yang ngajak. Sebagai lelaki sejati yang bertanggung jawab, gue bertanggung jawab atas keselamatan lo. Yok!”
Keina hanya bisa menganga mendengar penuturan Dev, tidak habis pikir. Tapi ada benarnya juga ucapan Dev, wanita tidak baik pulang seorang diri malam-malam begini. Ya sudahlah.
🍂
Tepat pada tanggal 23 Agustus 2013, Dev telah resmi menjadi seorang sarjana. Dirinya tampak gagah mengenakan pakaian wisuda. Senyum merekah tampak jelas pada wajah tampannya. Selain keluarga, Keina juga turut hadir di sana. Menyapa Dev dengan senyum yang terukir di kedua pipi.
Entah apa yang Keina rasa, dia senang dan juga sedih. Senang, karena akhirnya Dev berhasil menyelesaikan pendidikannya, tetapi juga sedih karena harus berpisah dengan sosok yang selama ini menemaninya sepanjang menempuh pendidikan di Depok. Sosok yang selalu ada saat dirinya tengah susah, saat dirinya hampir menyerah. Kini, Keina kembali merasakan pedihnya sebuah perpisahan.
“Jangan sedih gitu dong. Eh, mana buketnya? Jangan-jangan lo lupa,” tagih Dev berusaha menggoda Keina.
“Bawa, kok. Ini.” Keina menyerahkan buket bunga yang sudah tiga hari lalu dia persiapkan.
“Thank you, padahal gue nggak maksa loh,” ucap Dev yang diikuti dengan tawa.
“Hmmm,” jawab Keina singkat. Susah payah dia membendung air matanya. Keina tidak ingin tampak sedih di hari bahagia ini.
“Eh, mau peluk nggak? Bentar lagi gue balik ke Jakarta loh. Ketemunya lagi lama.” Dev merentangkan kedua tangannya, menunggu wanita di depannya menghampiri. Keina sempat bergeming, sampai akhirnya dia mendekati Dev dan memeluknya dengan erat. Untuk beberapa saat, keduanya hanyut dalam pelukan, terdiam dalam pikiran masing-masing.
Sementara keluarga Dev, mereka menyaksikan sebuah adegan romantis dengan tenang. Bahkan mereka menganggap bahwa adegan ini mirip seperti sebuah film di layar kaca. Di mana si wanita akan merasa amat sedih kala dirinya akan berpisah dengan sang pujaan hati. Kedua orang tua Dev hanya tersenyum. Khususnya Andin, guru fisika Keina saat SMA. Andin tidak melarang anaknya untuk dekat dengan siapa pun, asalkan kedekatan itu tidak melebihi batas dan masih berstatus aman.
Dalam pertemuan singkat ini, Keina sempat berbincang dengan kedua orang tua Dev. Obrolan mereka terbilang santai dan hanya membahas hal-hal seputar kuliah. Masalah asmara, keduanya tidak ingin ikut campur. Awalnya Keina cukup canggung, tetapi di luar dugaan. Andin yang terkenal dengan aura galaknya ternyata menyimpan wajah periang dan hati yang lembut. Oh, sayang sekali Talitha tidak dapat menyaksikan pemandangan langka ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love And Ideals (TELAH TERBIT)
Teen Fiction"Lo suka bintang?" "Suka," jawab Keina singkat. "Kalo gue mau jadi bintang buat lo boleh, nggak?" "Aku nggak mau kamu jadi bintangku, Al." Keina Ayu Pratibha, gadis ambisius dengan sejuta mimpi di kepalanya. Baginya, tidak ada yang jauh lebih berha...