Aeyou guys!
Gimana? Udah makin seru yaaa
Jangan lupa kasih vote-nya 😊Dear diary,
Hai! Udah lama banget ya aku nggak cerita sama kamu. Setelah sekian lama kamu kusimpen sampe berdebu, akhirnya aku mutusin buat ngobrol sama kamu lagi.
Aku cuma mau bilang, kalo aku udah kembali. Eh aku lupa, ada satu hal yang nggak aku ceritain ke kamu. Tentang empat sekawan, tapi kayaknya kamu nggak perlu tau. Soalnya kalo inget mereka masih suka nggak ikhlas gitu.
Eh, by the way, sekarang aku udah di Depok. Di sini aku sendiri, but i’m be happy, because dengan sendiri di sini aku jauh lebih mandiri.
Udah gitu aja, ya. Next time aku ngobrol lebih banyak lagi deh, sekarang aku mau istirahat dulu. Bye.Mentari pagi menyapa dunia dengan pijarnya. Memamerkan senyum merekah penuh pesona. Begitu pun dengan semilir angin yang tidak kalah dengan aksinya, meliukkan tubuh membawa dahan menari-nari. Sepertinya sapaan alam berdampak pada suasana hati Keina. Membuat gadis mungil berkaos hitam itu tersenyum, senyum yang mampu memikat setiap lawan jenis yang melihatnya. Senyum ini pula yang membuat Alga tergila-gila kepada Keina.
Gadis cantik dengan rambut sebahu dan tinggi badan 163 cm ini kini tengah sibuk dengan peralatan dapur. Mencoba bereksperimen dengan resep yang baru saja dia dapati di akun Instagram-nya. Keina menggunakan hari liburnya untuk mempelajari hal baru, hal yang sama sekali tidak diajarkan di sekolah mana pun---memasak.
“Untuk percobaan pertama, lumayan enak.” Keina menyeruput kuah sayur dari sendoknya---mencicipi.
Seorang wanita tidak dilarang untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Namun, jangan lupa dengan kodratnya, kodrat sebagai seorang wanita yang suatu saat nanti memiliki pasangan hidup. Itulah yang Keina lakukan saat ini, mempersiapkan diri. Meski dirinya sama sekali belum memikirkan tentang pernikahan, tetapi apa salahnya, bukan? Karena untuk menjadi seorang istri idaman, pintar saja tidak cukup. Perut tidak akan kenyang dengan menelan ribuan materi, dan hanya dapat kenyang dengan beberapa suap nasi.
Jarinya yang lentik sedari tadi memainkan spatula, ke kanan dan kiri. Layaknya seorang chef, Keina tidak ragu melakukan hal itu, bahkan dia tampak sangat menikmati kegiatannya saat ini.
“Huh selesai,” ucap Keina dengan bangga, menghapus peluh pada dahinya. Pergerakannya yang aktif membuatnya sedikit berkeringat.
“Saatnya makan ....”
Dengan mata terpejam Keina menikmati setiap kunyahan makanan yang dia masak dengan susah payah. Baru beberapa detik Keina mengunyah, matanya tiba-tiba membelalak.
“Asin!” pekik Keina. Dia gelagapan mencari air minum. Nasib buruk, Keina lupa tidak menyiapkannya tadi.
“Ah, abis,” Keina menenteng sebuah botol air mineral yang hanya tersisa beberapa tetes. Dengan terpaksa, Keina harus menahan rasa asin itu untuk beberapa saat.
“Kok aku se-bego ini, ya? Kenapa tadi nggak kumur aja, ya?” Keina tampak bodoh, dengan sebuah gayung di tangannya.
“Tapi kok bisa seasin ini, ya? Ini pasti resepnya sesat.”
🍂
Semburat jingga mulai terlihat, memberi sebuah pertanda bahwa akan ada perpindahan tugas. Antara mentari dengan rembulan. Memberi pertanda bahwa aktivitas di hari ini akan segera berakhir. Memang benar, jika kita dekat dengan waktu, maka waktu akan berputar lebih cepat. Mulai dari detik, menit, jam, hingga satu hari penuh.
Seharian Keina hanya berdiam diri di tempat kos, menghabiskan waktu untuk membaca buku, memasak, mendengarkan musik, dan ... tidur. Karena menurutnya, itu lebih baik. Setidaknya istirahat yang cukup membuatnya dapat menjalani rutinitas di esok hari dengan semangat. Tidak ada alasan bagi dirinya untuk bermalas-malasan, apalagi bangun kesiangan.
Lelah wajar, karena kita adalah manusia biasa. Keina pun sering kali merasakan hal itu, tetapi pantang baginya untuk menyerah. Bagi seorang pemimpi, rasa malas adalah rintangan terbesar, karena melawan diri sendiri jauh lebih sulit daripada mengalahkan lima orang lawan.
“Terima kasih, hari ini kamu luar biasa,” bisik Keina kepada dirinya sendiri.
🍂
"Presentasi!” Keina membelalakkan matanya dan menepuk jidatnya.“Kok bisa lupa, sih!” Keina kalang kabut, dia lupa jika pagi ini dia harus mempresentasikan mengenai sebuah sel manusia. Keina panik, sangat panik.
Keina berdiri mondar-mandir dengan menggigiti kuku jari tangannya. Keina sama sekali tidak menyiapkan materi apa pun di laptopnya. Lalu bagaimana?
“Nggak mungkin aku asal nulis di laptop, aku butuh belajar dulu. Nanti kalo materinya nggak valid gimana?” Keina mengerutkan dahinya. Benar-benar kehilangan akal.
Keina merasa sangat kecewa kepada dirinya sendiri, dia merasa telah menyia-nyiakan waktu liburnya. Seharusnya presentasi kali ini lancar dan materinya bagus, karena dia memiliki banyak waktu untuk mempersiapkannya. Tetapi apa?
“Alga ....” rengek Keina. “Gea ... Talitha ....”
Sebuah cairan meluncur dengan mulus dari mata Keina. Setelah berusaha meyakinkan diri bahwa menjadi pribadi yang mandiri itu menyenangkan, kini keteguhan itu seakan runtuh. Saat ini dia benar-benar membutuhkan pertolongan, dia butuh sahabatnya. Keina menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, mencoba menyeka air mata agar tidak terus keluar. Akan menjadi masalah jika saat kuliah nanti matanya membengkak. Sudahlah, jarum jam terus berputar, Keina masih berdiam diri tanpa melakukan usaha. Tidak, dia bukan tidak mau berusaha, tetapi rasa paniknya membuat otaknya seakan berhenti bekerja.
Keina menghapus kasar air mata, mencoba menenangkan diri dan mencari solusi. Untuk beberapa detik, Keina terdiam.
“Iya, cuma itu sekarang. Nggak ada pilihan lain,” ucapnya tegas penuh keyakinan.
Kira-kira, apa rencana Keina?
Apa Keina ttp bisa presentasi hari ini?Jangan lupa baca next chapter 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love And Ideals (TELAH TERBIT)
Novela Juvenil"Lo suka bintang?" "Suka," jawab Keina singkat. "Kalo gue mau jadi bintang buat lo boleh, nggak?" "Aku nggak mau kamu jadi bintangku, Al." Keina Ayu Pratibha, gadis ambisius dengan sejuta mimpi di kepalanya. Baginya, tidak ada yang jauh lebih berha...