6▪︎MEADOWSWEET

123 88 297
                                    

Warning! Kekerasan disini bukan untuk ditiru.

Happy reading Nals♡

MEADOWSWEET
Emang tidak berguna

○●○

Tidak ada alasan yang pasti kenapa harus bertahan, tapi pernah nggak berpikir, kalau bukan bertahan apa mampu buat lanjut ke depannya? Di saat hanya ada satu pilihan yang bisa membuat kita berpandang akan baik di masa mendatang, meski pilihan itu bukanlah opsi terbaik.

Calla, dia baru saja pulang selepas dari minimarket pagi ini. Gerak langkahnya ia sesuaikan dengan nada lagu yang sedang ia dengarkan melalui earphone miliknya. Tangan kanannya yang membawa sekantong plastik bertulisan logo minimarket itu mengayun bebas disampingnya.

Raut wajah Calla terlihat berseri, pasti dia tengah merasa bahagia. Tentu saja, dia pasti tengah memikirkan Fennel, lelaki yang menghipnotisnya lewat tatapan matanya.

“Seandainya dia mengenalku sebagai, Calla, pasti lebih baik.”

Cuitannya sebelum dia akhirnya tersenyum memandang rumahnya, kepalanya menengadah ke atas berdoa pada langit untuk kebahagiaannya.

Semoga saja keberuntungan datang padanya hari ini. Calla melangkah masuk ke dalam rumahnya, dia meletakkan belanjaannya di meja makan. Calla berjalan ke dapurnya dan mencuci tangannya sebelum dia mulai menyiapkan sarapan.

Apron berwarna biru dengan motif bunga daisy bertengger dengan cantik ditubuhnya. Calla membuka belanjaannya di meja pantri, mengeluarkan roti dan barang lainnya. Dia akan membuat toast dan sup ayam untuk menu pagi ini.

Calla memotong beberapa buah strawberry yang masih segar setelah dicucinya beberapa saat yang lalu. Menyediakan semua bahan pada tempatnya agar memudahkan dia untuk meraciknya nanti.

“Ah, aku lupa kalau di suruh Mbok Ariti anterin kain kemarin sebelum pukul delapan,” beonya.

Calla menghentikan sesi memasaknya, tidak ada salahnya dia keluar sebentar. Lagi pula dia hanya membuat sarapan untuk dirinya dan sang ayah, juga jarak tempat Ariti tidaklah jauh. Hanya melewati beberapa rumah dari rumahnya.

Tidak ada sepuluh menit bagi Calla untuk bisa sampai ke tempat tujuannya. “Rahajeng semeng, Mbok Ariti,” sapa Calla begitu memasuki pekarangan rumah setelah melewati gapura pintu kecil yang terbuat dari berbatuan pahat yang di salah satu sisi tak jauh terdapat sebuah merajan sedang di samping pohon kamboja yang rindang.

“Aduhh aduh, rahajeng semeng, Gek Calla. Kainnya taruh keranjang sana ya, kirain lupa mau aku samperin ke rumah,” balas Ariti yang tengah memakai sepatunya.

“Hampir lupa sih tadi, mbok udah mau berangkat?”

“Iya, bisa dimarahi bape kalau telat.”

Calla mengangguk, dia merapikan beberapa kain pantai yang akan dibawa Ariti untuk di jual dikeranjang yang sudah bertengger rapi di jok motor, diikat dengan tali jerami.

“Kamu nggak mau ikut? Refreshing gitu?”

“Haha udah sering mbok, tapi nanti sore deh kayanya.”

FiORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang