Happy reading Nals♡
CARNATION (white)
Manis dan Cantik○●○
"Aaaa," teriak Fennel di tepi pantai.
Dia menutup jurnal senjanya yang baru saja selesai dituliskan aksara penutup sebelum lembar itu habis. Jurnal yang dibuatnya seindah mungkin meski di dalamnya ada satu titik rasa luka. Rasa yang sudah dia yakinkan dari semalam bisa berubah, entah masih sama atau hal baru.
"Beruntung ... senja dan luka yang beruntung."
Lelaki itu duduk menumpu tubuhnya dengan kedua telapak tangannya yang bersentuhan dengan pasir pantai. Dia memejamkan matanya perlahan, sinar jingga itu mulai bersorot pada wajah manisnya. Hangat terasa menyentuh kulit pipinya.
Deru ombak laut yang semakin terdengar keras hadir dalam indra pendengarannya. Sangat jelas ditambah dengan kicauan burung di atas langit yang akan pulang ke sangkarnya. Tenteram dan menenangkan untuk menjernihkan hati dan untuk meyakinkan diri tentang langkah selanjutnya.
Fennel menghembuskan nafasnya lewat mulut saat dia berhasil menahannya beberapa menit baru saja. Dia membuka kembali mata hazel itu melihat air laut yang sudah mulai berubah warna menjadi hitam dengan pantulan jingga.
Hangat, ada rasa itu dari sisi sampingnya. Bukan karena matahari tapi sesuatu yang tiba-tiba duduk di sebelahnya. Fennel menoleh, menampaki seorang gadis yang duduk dengan rambut tergerai. Dengan sweater berwarna navy yang dipakainya membuat dirinya terpikir dengan sweater miliknya.
Sweater yang di pinjamkannya untuk Fiore tempo hari. Lagi bukan, dia teringat lagi kan dengan gadis yang selalu berpakaian glamor itu. Pandangan Fennel berhenti, saat gadis itu ikut menatapnya.
"Entah kenapa saat lihat pantai dan senja, aku kepikiran kamu," ujarnya membuat Fennel mengembangnya senyum.
"Dan selain senja ternyata Fennel punya teman lain untuk menutup hari. Makasih Calla," balas Fennel yang kini beralih menatap hamparan langit dengan awan yang menguning.
"Lagi ada masalah?"
"Fennel lagi patah hati Calla," curhat lelaki itu.
Rasanya jika perasaannya itu tersiram dengan air laut akan semakin perih. Pertama kali merasakan cinta dan pertama kali juga ditolak oleh cinta itu.
Calla mendengar itu, bahkan tanpa dia bertanya dia harusnya juga tahu dengan apa yang Fennel rasakan. 'Aku juga, Fen. Tapi, boleh nggak aku membalas rasa itu sebagai Calla, bukan Fiore?' batin Calla.
"Patah hati kenapa?" tanyanya berbasa-basi.
"Jatuh cinta itu nggak semulus cerita dalam fiksi ya, Cal."
Calla mengangguk, gadis itu memasukkan tangannya di antara paha dan badannya merasakan hangat dari suhu tubuhnya.
"Aku kira karena mudah terpesona, semuanya juga akan mudah dilalui. Tembok besar itu emang susah diterjang," jelasnya lagi.
Calla mengulum bibirnya. Dia tahu persis apa yang dibicarakan Fennel. Dia terlibat di dalam kisah itu, kisah cinta yang berakhir penolakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FiORE
Romance'Tuhan menciptakan bunga untuk bermekaran di musim semi. Tapi, apa tuhan lupa ciptain Calla untuk merebak juga?' "Calla, kamu itu terbaik. Kalau kamu merasa belum bisa mekar, berdoa aja, ya? Fennel akan datang kok. Jadi jangan merasa sendiri, Fenne...