Happy reading Nals♡
CANDYTUFT
Lalai○●○
Dua gelas beradu, saling bersentuhan hingga menimbulkan sebuah dentingan ringan. Juga menimbulkan seringai senyum kedua belah manusia yang duduk berhadapan itu. Minuman berwarna merah bening itu perlahan mulai habis meninggalkan gelas. Masuk ke dalam gelapnya tenggorokan dengan mulusnya.
Suasana Pyox sangat ramai malam ini. Selain karena bintang utama malam hari ini adalah Fiore, malam ini juga adalah malam minggu. Malam panjang bagi orang untuk membuka mata atau hanya sekedar begadang menonton pertunjukan. Remang-remangnya cahaya berselang-seling dengan lampu yang bergerak ke sana kemari. Wajah tegas Gumintang tergambar dengan rahang yang mengeras.
Alisnya dia naikkan satu, seakan dia bingung dengan sebuah perbincangan dari lawannya. Tak lama sebuah tawa ringan muncul dari mulutnya, memberi suara yang terkesan mengadu. “Kau bisa? Okey malam ini kau langsung bawa dia,” ujarnya.
Suara balasan tawa juga tak kalah keras dari sang lawan. Lelaki berotot itu menepuk punggung Gumintang, dia berdiri dan mengode pada Gumintang jika dia ingin pergi sebentar.
Dan kini tinggallah Gumintang seorang diri, dia melihat arloji besar dia dekat minuman beralkohol yang terpajang bar Pyox. Sudah menunjukkan waktu dimana Fiore harusnya sudah berada di sana dari lima menit yang lalu. Tapi kabar satu pun tak dia dapatkan dari gadis kecil itu.
Sambil menunggu Gumintang mengobrol dengan bar tender itu. Dia tak ingin meluapkan emosinya pada gadis itu. Sudah cukup dengan perlakuan ayah kandungnya yang cukup menguras perasaannya.
Tangan besar Gumintang bergerak merogoh saku jaket kulitnya, dia mengambil benda pintar pipih itu dan menyalakannya. Kembali dia menghubungi Fiore untuk kesekian kalinya. “Dari tawaran terakhir, malam ini akan keluar berapa?” tanya bar tender pada Gumintang.
“You know that. Tidak perlu bertanya pasti lebih besar dari sebelumnya,” balas Gumintang dengan percaya dirinya. Ya karena biasanya seperti itu, meski kadang turun tapi kalau saat weeked seperti ini pasti banyak orang asing juga yang akan datang ke Pyox.
Gumintang menekan panggilan pada nomor sang adik. Tertulis memanggil di sana, yang artinya Fiore tidak sedang online. Berdecit pelan Gumintang bangkit, karena tidak mungkin dia menelefon ayahnya. Jika Eleor tahu pekerjaan putrinya tentu saja sumber uang Gumintang akan hilang.
“Mau ke mana?” tanya bar tender saat melihat Gumintang yang tergesa pergi.
“Duluan,” balas Gumintang tanpa menjawab tujuan dia pergi.
Moto besar miliknya membelah jalanan. Malam yang dingin tidak dirasakan olehnya. Semua hawa itu tergantikan dengan aura mendidih menahan emosi karena Fiore. Bahkan pesan yang dikirimkannya juga tidak terbalas oleh Fiore.
Pekarangan rumah sudah terlihat, Gumintang masuk saat melihat pintu gerbang terbuka. Dia langsung melajukan motornya ke dalam, memarkirkannya di halaman rumah. Helm hitam itu Gumintang buka dan diletakkannya di atas motornya. Masuk dengan tergesa ke dalam rumah.
“CALLA,” teriaknya.
Tapi tak ada sahutan apa pun dari dalamnya. Seakan-akan rumah itu tidak ada penghuninya, Gumintang melajukan kakinya menuju kamar Calla. Membuka dengan keras pintu itu, tapi nihil tak ada Calla di dalamnya. Kamar itu rapi dan terkesan dingin, menunjukkan jika kamar itu telah ditinggalkan cukup lama.
“Calla, kau tuli?” kembali Gumintang berteriak lantang.
Suaranya menggema di seluruh ruangan. Dia akhirnya menemukan gadis itu tertidur dengan terduduk di samping ranjang ayahnya. Tertidur dengan tangan sebagai tumpuan. Sedangkan Eleor dia juga tertidur dengan nyaman di ranjang. Entah apa yang terjadi, mungkin penyakitnya kambuh. Yang jelas dipikiran Gumintang saat ini adalah rasa marahnya karena Fiore terlambat datang ke Pyox.
“Calla,” panggilnya normal.
Meski sedang marah, dia tak mungkin mengganggu Eleor yang sedang seperti itu. Tak ada balasan, Calla masih setia dengan posisinya. Membuat lelaki itu mendekat, mengguncang Calla dengan menyenggol punggung gadis itu dengan lutunya.
“Keluar,” ujarnya lagi.
Calla bangun dengan terkejut saat melihat Gumintang. Dia tertegun dan refleks langsung melihat jam di dinding."Kak Gumi," lirihnya.
Dia bangkit bangun dan mengikuti Gumintang yang keluar dari kamar itu. Tanpa membangunkan Eleor dia berjalan dengan perlahan.
"Kau lihat? Sekarang pukul berapa?"
Gumintang langsung menghardiknya dengan pertanyaan yang membuat nyalinya menciut. Calla menunduk, mengurut ujung bajunya. Dia meneguk ludahnya dengan susah payah.
“Maaf kak, Calla lupa, ayah tiba-tiba kambuh tadi,” ucapnya dengan takut.
“Ckk, kau nggak lupa bukan cara mengoperasikan ponsel?”
“Ahh, maaf kak, Calla beneran lupa,” lirih Calla.
Bahunya tersentak ke belakang, dia menahan rasa yang Gumintang berikan pada bahunya. Rematan yang semakin kuat itu membuatnya mau tak mau menatap Gumintang. “Sekarang, ganti pakaianmu, kita Pyox.”“Tapi, ayah?”
“Ayah tidurkan, buruan.”
Gumintang melepas cengkeraman itu dengan kasar lalu duduk di sofa memijat pelipisnya. Beruntung karena Gumintang masih ingat jika Calla akan tampil sebentar lagi, kalau tidak mungkin dia sudah melakukan hal lain.
“Cepat,” gertaknya saat mendapati Calla masih dalam posisi yang sama.
Mendengar itu Calla berlalu ke kamarnya. Dia berganti pakaian dan merias dirinya dengan cepat, sebelum Gumintang semakin marah padanya.
Dia lalai ke Pyox, juga dengan alasan yang masuk akal. Tapi kenapa Gumintang tetap saja marah padanya. Tetap saja sikap kasar itu masih diberikan padanya. Calla sudah siap dalam 30 menit, dia memanfaatkannya dengan baik waktu yang ada, setidaknya dia akan membenarkan riasannya di Pyox. Terpenting dia tidak membuat kakaknya menunggunya lama dan semakin menambah kemarahan Gumintang.
Calla duduk terdiam di belakang Gumintang. Dia memegang pinggang kakaknya dengan samar. Motor Gumintang melaju dengan cepat, Calla yang masih belum terbiasa hanya mengeratkan pegangannya pada jaket Gumintang. Sedikit menunduk dan berharap pada tuhan jika dirinya akan selamat sampai tujuan.
Dan untungnya kemahiran Gumintang dalam mengendalikan motor berhasil membawanya dengan cepat dan tidak kekurangan apa pun. Calla turun, hendak masuk ke dalam tapi tangannya ditahan oleh Gumintang.
“Jangan pikir kamu aman malam ini,” katanya.
Calla hanya diam, menunggu perkataan lanjutan dari Gumintang. “Biar aku yang jaga ayah, kau tidak perlu memikirkannya.”“Beneran?”
Calla tersenyum mendengar penuturan Gumintang baru saja. Entah dia merasa bahagia saja Gumintang mengatakan itu, meski dia tahu dirinya akan kena marah lagi.
“Asal kau dapat lebih banyak uang malam ini, tak masalah. Aku akan melupakan amarahku juga.”
Calla mengangguk dengan cepat. “Hati-hati kak,” ujarnya lalu berlalu meninggalkan Gumintang.
Calla masuk dengan rasa yang tidak bisa tergambarkan. Jujur dia takut, perasaannya memang bahagia tapi entah ada perasaan tak enak lain dalam hatinya. Meski begitu Calla tak ambil pusing, setidaknya kelalaiannya malam ini masih mendapat ampun dari Gumintang.
“Tuhan, jangan abu-abukan perasaanku. Berilah malam ini malam yang terbaik untuk Fiore, biar kak Gumi nggak marah sama Calla.”
Dialognya lalu benar-benar masuk. Hilang dari pintu utama memasuki Pyox. Malam yang gelap ini terlihat cerah. Tak ada awan apa pun di sana. Hanya ada bulan yang sendirian dengan beberapa bintang. Bulan yang bersinar seperti memberi semangat pada Calla.
○●○
Hallo apa kabar? Tetap jaga kesehatan ya
Terima kasih sudah membaca bab ini, semoga suka, love Nals♡ jangan lupa klik bintangnya
Tertanda, Naleta
KAMU SEDANG MEMBACA
FiORE
Любовные романы'Tuhan menciptakan bunga untuk bermekaran di musim semi. Tapi, apa tuhan lupa ciptain Calla untuk merebak juga?' "Calla, kamu itu terbaik. Kalau kamu merasa belum bisa mekar, berdoa aja, ya? Fennel akan datang kok. Jadi jangan merasa sendiri, Fenne...