45▪︎HONESTY

35 22 92
                                    

Happy reading Nals♡

HONESTY
Kejujuran

○●○

Minuman bersoda yang telah kosong menghiasi meja pada ruangan yang cukup terang dengan arsitektur gaya Eropa mendominasi. Kursi panjang yang membentuk huruf L itu diduduki oleh dua lelaki, yang satu duduk bersender fokus dengan laptopnya. Sedangkan, yang satu lagi berbaring memejamkan mata dengan kakinya yang menjadi papan kawannya untuk meletakkan beberapa lembar kertas.

Tak lupa seorang lagi juga duduk diatas karpet tepat di depan meja. Seorang yang berperawakan tinggi nan tampan itu, mengasak kepalanya frustrasi. "Aa mama," keluhnya menengadahkan kepalanya menatap langit-langit apartemen miliknya.

"Khe belum selesai Gar?"

"Belum lah, Pak Anji kan punya dendam kesumbat sama aku."

"Khe aja bebal, nunda-nunda terus. Aku yakin kalau Putu di sini udah kaya petasan tuh mulut ceramahin khe," tutur Made.

"Dan sekarang khe yang jadi Putu."

Legar meregangkan otot pada tubuhnya, dia berdiri membereskan beberapa kaleng kosong yang terletak di atas meja. Berjalan dengan santai membuang sampah itu, mencuci tangan di wastafel dapur dengan bersih.

Legar membuka kulkas miliknya, mengambil makanan beku karena dia merasa lapar. "Made, khe laper nggak?"

"Laper, pesen pizza boleh tuh," balas Made.

"Keburu kelaperan aku, itu Fennel bangunin. Mau enggak?"

Made menoleh menatap sahabat mungilnya yang masih tidur dalam posisi yang sama. Dengan ponsel yang masih setia dalam genggamannya. "Anak kecil habis dapat semangat, tidur nyenyak ya," gumam Made menggoyangkan lengan Fennel agar terbangun.

Fennel yang merasa tidurnya terganggu, mengerjapkan matanya. Mencoba mengumpulkan nyawanya agar terisi lagi.

"Makan nggak?"

"Euhm," lelaki itu menatap Made dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka lebar.

"Mau makan frozen food apa delivery?" tanya Legar dari sudut dapurnya tengah mengatur microwive.

"Delivery aja," jawab Fennel.

"Khe mau makan apa?"

"Pizza aja, pesen yang besar ya?"

Made tersenyum girang Fennel malam ini punya selera menu yang sama dengannya. "Ya udah pesen aja, aku bayarin."

"Khe sama Fennel aja baik, kenapa sama aku enggak?" protes Made menelusuri menu di sebuah restoran pizza.

"Khe anak tiri."

"Udah buruan Made," Fennel berkata dengan mengalihkan kepala Made agar fokus pada ponsel.

Tak ada sahutan dari Legar lelaki itu kini bersandar pada meja pantri dengan ponsel yang tergenggam pada tangannya. Ponsel yang kini menempel pada telinganya itu, berujar sambil mengomel. Terlihat dari gerakan mulutnya yang tanpa jeda berbicara.

Tak lama dari itu, Legar bergerak pergi mengambil kunci meja dekat tangga. Lalu kembali berjalan ke arah sahabatnya berada. Menatap keduanya itu dengan saksama, lebih tepatnya pandangannya langsung tertuju pada Fennel. Tangannya berkacak pinggang, melemparkan sebuah kunci mobil pada lelaki itu.

"Tahu Pyox?"

Fennel mengangguk kecil, tapi terlihat dia masih belum paham. "Jemput Kak Eld tolong, ada Kak Calla juga di sana. Sekalian ketemu?"

FiORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang