Happy reading Nals♡
HYACINTH (purple)
Maafkan aku○●○
Derap kaki yang menyentuh lantai marmer itu terhenti. Perasaan ragu kini berganti dengan sebuah keyakinan. Masih dalam posisi yang sama, tanpa ada pergerakan apa pun gadis itu mengulas senyum tipis tepat saat Bunda kekasihnya memberinya usapan lembut pada punggungnya. Mempersilakan dia untuk ikut mendekati tamu yang sangat ia kenali.
“Apa kabar Sofie?”
“Baik, kamu sendiri gimana?”
“Ya seperti yang kamu liat, lebih dari baik.”
Obrolan singkat itu Calla saksikan dengan baik lewat penglihatannya sendiri. Dia ingin berbalik tapi rasanya tidak mungkin. Keduanya sudah menatap dirinya, tatapan sangat jelas perbedaannya. Sofie yang sama terkejutnya, dia bahkan berulang kali menjernihkan pandangannya meskipun berakhir sama. Yang dia lihat adalah Calla, putrinya.
Bunda yang masih tersenyum pun memanggil Calla untuk mendekat. Membuat gadis itu mau tidak mau harus berhadapan dengan Sofie. Seorang yang mulai ia terima kehadirannya setelah kepergian ayahnya. Akankah bisa Calla menerima Sofie lebih lagi ketika dia tahu kenyataan ini?
“Lihat, cantik kan? Putra kita pinter cari kekasih.”
Sofie mengangguk dengan pandangan yang fokus menatap Calla. Niat ingin berkenalan dengan kekasih sang putra tapi ternyata gadis itu juga putrinya. Jantung Sofie seperti tertohok, kesalahannya di masa lalu membuat takdir orang lain semenyedihkan ini. Sofie hanya diam, dia bahkan tidak tahu kalimat apa yang akan diucapkannya pada Calla.
Begitu pun Calla. Padahal jelas di dalam hatinya sekarang ia tengah memaki. Banyak kalimat yang telah dirangkainya dalam sekejap. Beruntung saja Bunda memilih untuk masuk, memanggil Fennel yang tak kunjung datang.
Ketegangan semakin terjadi saat ini. Calla berdiri, lalu melirik wanita yang juga membalas lirikannya. “Ibu bisa jelasin ini semua,” tutur wanita yang jauh lebih tua darinya.
“Kita bicara di luar,” balas Calla lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.
Dia berjalan dengan perasaan tak tenang. Dengan emosi yang mungkin membingkai hatinya. Dia tidak habis pikir, kenapa kebahagiaan dia juga harus berakhir lagi sekarang. Apa memang Calla tidak pantas memekarkan kelopaknya?
Calla menghapus air matanya, dia berbalik dan mendapati Sofie yang sudah berdiri berjarak dengannya. Wanita yang diam sebentar untuk mengambil nafas lalu menepis kembali jarak di antara keduanya. Taman rumah milik Fennel yang ditumbuhi beberapa pohon bahkan tidak terkesan sejuk. Angin yang berembus seakan mengalirkan udara yang terasa panas. Lebih panas hingga keduanya hanya saling membuang nafas tanpa ada yang mau berbicara terlebih dahulu.
“Jadi adik yang mau Ibu kenalin itu Fennel?”
Calla mengalah, dia memilih untuk membuka percakapan. Baru saja beberapa hari yang lalu dia akhirnya memanggil Sofie dengan sebutan ibu lagi. Tapi rasanya untuk mengatakan hal itu sekarang ini, Calla menjadi kembali kaku. Entah rasa benci itu kini muncul lagi, tapi sebelum itu menguasai dirinya Calla kembali teringat oleh perkataan Eleor, ayahnya.
“Iya, tapi ternyata takdir sudah mempertemukan kalian lebih dulu sebelum Ibu bilang kenyataan sesungguhnya.”
“Kenapa? Kenapa harus Fennel yang jadi anak Ibu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
FiORE
Romance'Tuhan menciptakan bunga untuk bermekaran di musim semi. Tapi, apa tuhan lupa ciptain Calla untuk merebak juga?' "Calla, kamu itu terbaik. Kalau kamu merasa belum bisa mekar, berdoa aja, ya? Fennel akan datang kok. Jadi jangan merasa sendiri, Fenne...