Happy reading Nals♡
SCABIOUS
Cinta yang nggak beruntung○●○
“Kak, Legar disuruh ke Kanada sama mami, kakak ikut nggak?”
Elder yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi meja makan itu, menoleh pada adiknya yang menuruni tangga. Wajah yang terbilang ada kemiripan itu akhirnya saling berdekatan.
“Enggak,” jawab Elder sekenanya.
“Kenapa kak?” tanya Legar saat menemukan keanehan pada raut wajah kakaknya.
“Ke Kanada ngapain?”
“Liburan, ya kali kerja. Kalau itu udah pasti ngehubunginya kakak,” balas sang adik meminum minuman yang sudah disajikan pelayan.
Elder hanya memutar bola matanya, dia kembali melanjutkan makan siangnya. Begitu juga dengan Legar, mereka sesekali mengobrol ringan meski jawaban Elder sedikit lebih singkat. Mungkin juga lelaki itu sedikit lelah dengan kegiatannya beberapa hari ini. Perusahaan yang dia tangani di Bali memang cukup besar untuk di kendalikannya sendiri. Apalagi dengan sifatnya yang bebas.
Elder lebih banyak membuang waktunya, dan cenderung mengejar deadline. Kecuali jika sang kakek sedang berada di pulau Dewata itu. Dia pasti akan lebih duduk tenang di singgasananya dan mengerjakan berbagai map yang menumpuk.
“Woy, lagi putus cinta ya, kak?”
“Kakak pergi dulu,” ujar Elder menepuk bahu Legar dan melangkah pergi.
Elder tersenyum pada pegawainya setelah dia berhasil meraih kunci mobil miliknya. Lelaki itu memasuki mobil hitam mewah dan melajukannya keluar dari gerbang tinggi rumahnya.
“Hallo, iya? Boleh sambungkan ke sekretaris Mia?”
Mobil itu berhenti di perempatan jalan menunggu lampu lalu lintas berubah warna. “Mia, jadwal saya hanya satu nanti sore kan?”
“Iya, tuan. Hanya meeting dengan pemegang saham saja di hotel Cendaka.”
“Baik, kita langsung bertemu di sana saja. Saya ada urusan,” tukas Elder mulai bersiap menjalankan kembali mobilnya saat lampu lalu lintas sudah berubah kuning.
“Iya, selamat siang.”
Beberapa daun terbang saat mobil itu melaju. Jari telunjuknya mengetuk-ketuk setir mobil dengan santai. Hingga mobilnya berhenti di sebuah rumah yang sudah lama tak dia datangi. Elder turun, menutup pintu mobil miliknya dan membenarkan rambutnya. Kebiasaan yang selalu dia lakukan.
Dia berjalan masuk, berpapasan dengan seorang yang berjalan keluar. Seorang lelaki yang berjarak 2 tahun olehnya. Mereka berdiri bersampingan, saling menatap meski badan mereka berlawanan.
“Kak, Calla ada?” tanya Elder ramah.
Meski dia tidak terlalu suka dengan lelaki itu. Tapi jika berhadapan Elder akan bersikap sopan, hanya untuk menghormati.
“Mau apa?” balas Gumintang datar.
“Ke—temu, ada?”
Tanpa menjawab dengan perkataan Gumintang malah berlalu menuju motornya dan pergi begitu saja. Hal itu sontak membuat Elder mengepalkan tangannya geram dengan balasan itu. “Awas kau Gumi, ku potong-potong jadi Gumi rebus.”
“Bilang langsung dong,” sahut seorang bersender pada tepian pintu.
“Hehe,” cengir Elder menunjukkan jika dia hanya berani berkata seperti itu, jika sudah tak berhadapan dengan lelaki itu. Semuanya akan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FiORE
Roman d'amour'Tuhan menciptakan bunga untuk bermekaran di musim semi. Tapi, apa tuhan lupa ciptain Calla untuk merebak juga?' "Calla, kamu itu terbaik. Kalau kamu merasa belum bisa mekar, berdoa aja, ya? Fennel akan datang kok. Jadi jangan merasa sendiri, Fenne...