48▪︎ROSE (Dark Crimson)

39 18 58
                                    

Happy reading Nals♡

ROSE (Dark Crimson)
Berduka cita

○●○

Tidak ada yang siap dengan sebuah perpisahan. Sebaik apa pun caranya, pasti sangat menyakitkan. Apalagi berpisah dengan belahan jiwa, berpisah dengan sang pemberi tonggak untuk tetap tegak dikencangnya badai dunia nyata yang memilukan. Berpisah dengan cara yang baik saja bisa menghancurkan, lantas bagaimana rasanya berpisah dengan cara yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya?

Bola mata terbuka, sayup-sayup mengedarkan penglihatan pada ruangan yang cukup terang. Tubuhnya lemah dan terasa sakit di beberapa titik. Salah satu tangannya yang terakhir ia lihat kosong sekarang tertancap jarum infus. Dengan hati-hati dia mencoba untuk duduk, meski dengan susah payah dia bisa melakukannya.

Calla, gadis itu memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia melihat ke arah jendela luar yang terang. Rupanya hari masih siang, membuat gadis itu berpikir jika dia masih dalam hari yang sama dengan apa yang telah dilaluinya.

“Udah bangun Cal?”

Seorang masuk membuatnya menoleh, anggukan kecil Calla berikan untuk menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya. Calla menatap dengan baik orang yang kini duduk di ranjangnya.

Lelaki yang tersenyum padanya dengan tulus. Lelaki yang kini merapikan anak rambutnya yang sedikit berantakan. “Masih pusing?”

“Sedikit,” balas Calla.

“Sarapan dulu yuk.”

Calla mengerutkan kening. “Ini bukan sore?”

“Udah ganti hari Cal, kamu pingsan kemarin?”

“Ayah mana, Eld?”

Perubahan air muka Elder kini jelas terasa oleh Calla. Gadis itu menggenggam tangan sang sahabat untuk memahami lebih jelas arti dari wajah itu. “Ayah nggak liat kan Eld?”

Elder diam tak menjawab. Dia justru melemparkan senyum pada Calla, dia mendekatkan tubuhnya pada Calla memeluknya erat. Memberi elusan ringan pada pundak atas Calla. “Eld? Aku mau ketemu ayah.”

“Makan dulu ya?”

“Eld, sekarang,” bujuk Calla agar Elder mau membawanya bertemu Eleor.

“Nggak, makan dulu baru aku anter. Mau nggak?”

Dengan anggukan lemah Calla hanya menuruti Elder. Dia mulai membuka mulutnya saat lelaki itu menyendokkan bubur padanya. Sesuap, dua suap Calla memakannya tanpa nafsu. Dalam otaknya sekarang hanyalah kondisi ayahnya. Diamnya Elder dengan pertanyaannya tadi membuat pikirannya melayang jauh.

Pintu rawat terbuka membuat dua atensi itu bertemu. Juga dengan Elder yang kini ikut menoleh ke arah seorang yang baru saja tiba. “Ngapain ke sini?”

Pertanyaan Elder tak diindahkannya, lelaki tinggi itu mendekat dengan langkah gontai. Seperti tak ada energi, itulah yang Calla liat. Gadis itu memegang ujung lengan Elder  meremetnya untuk menyalurkan rasa takutnya.

“Calla, ayah mau ketemu,” tuturnya yang berhenti saat lensa matanya tertegun dengan pergerakan Calla.

“I—iyaa.”

Calla melihat Elder, berkata hanya dengan sorot mata yang ternyata sangat dipahami Elder. Dengan bantuan kursi roda Calla pergi untuk menemui sang ayah. Ekor matanya hanya melirik seorang yang kini dilaluinya. Membuat lelaki bernama Gumintang itu memejamkan mata merasakan perasaan asing pada adiknya. Lelaki yang memicu hal yang mungkin akan mengubah hidup seorang gadis kecil yang selama ini tumbuh bersamanya.

FiORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang