12▪︎HOLLYHOCK

94 63 259
                                    

Happy reading Nals♡

HOLLYHOCK
Ambisi seorang Gumintang

○●○

Ambisi, setiap orang harus punya yang namanya ambisi. Atau kalian bingung apa itu ambisi? Ambisi adalah keinginan seorang untuk memperoleh sesuatu, dan setiap orang harus memilikinya. Jika seorang tak punya ambisi maka berarti dia tak mengisi kehidupannya. Alias mengalir begitu saja tanpa hambatan.

Sifat ambisi itu bagus, apalagi untuk menentukan kehidupan diri sendiri. Tapi, sifat ambisi juga harus dikendalikan dengan baik atau nanti justru akan menimbulkan sikap ambisius. Ambisius kata sifat dari ambisi, menurut sebuah artikel yang namanya kata sifat pasti punya positif dan negatif. Dimana negatifnya itu mengarah ke hal yang ambisinya tidak sebanding dengan potensi yang dimiliki, sehingga akan menimbulkan sikap menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya.

Ya seorang Gumintang juga memiliki ambisi, memiliki sifat ambisius yang kuat. Yang membuatnya hanya terfokus pada satu titik dan harus mencapai itu dengan semua hal yang memuaskannya. Dengan semua hal yang baik untuknya dalam memperoleh segala tujuan hidupnya.

Gumintang Senandika. Nama yang bagus tapi tidak dengan sifatnya, terutama dengan seorang bernama Calla Mignionette.

Srakk

Sebuah berkas Gumintang lempar diatas tubuh seorang gadis yang tengah tertidur dengan nyaman. Pukul dua dini hari, Gumintang datang ke kamar Calla tanpa sebuah ketukan dan tanpa sebuah kata yang mudah di ucapkan khalayak umum, ‘permisi’. Dia tidak melakukan hal itu sama sekali, dengan tidak sopan dan berpikir jika kelakuannya membuat orang lain terganggu.

“Kak Gumi, kakak pulang,” ujar Calla yang langsung terduduk tadi.

Matanya masih sayu, dia masih sangat mengantuk. “Tanda tangani berkas itu,” tutur Gumintang bersedekap dada di samping Calla.

“Apa ini?”

Calla membuka berkas itu membaca semua kata yang terangkai menjadi kalimat dia dalam map kertas berwarna hijau itu. Dia membacanya dengan saksama, hingga pandangannya dibuang ke arah kaki Gumintang.

“Kenapa?” tanyanya tanpa menatap Gumintang.

“Aku butuh penghasilan lebih, jadi kau harus melakukan itu,” tukas Gumintang masih dengan posisi yang sama.

Kepala Calla perlahan mendongak menatap air muka Gumintang yang tampak menyeramkan.

"Kak Gumi, aku masih ada kontrak dengan Pyox. Kak Gumi sendiri tahukan risikonya kalau melanggar?”

Gumintang menghela nafasnya dia mengambil bolpoin di meja belajar milik Calla, lalu kembali dan menyerahkan bolpoin itu. “Kau melakukan itu setelah dari Pyox, lagi pula itu berbeda tempat.”

“Tapi kak,” Calla menunduk menahan diri untuk tidak menangis.

“Cepat tanda tangani, kau lupa caranya?”
Tangan Calla bergetar menggenggam pena itu, mengarahkan mata pena pada sebuah materai yang sudah tertempel di sana. Dia ragu, jika dia melakukan itu artinya dia harus bekerja lebih keras dari sebelumnya, belum lagi di Myugi, nama tempat yang tertera di sana dia harus melakukan tarian 2 jam lebih lama dan juga dengan tarian yang berbeda.

“Cepetan, lelet banget tanda tangan doang.”
Dengan pelan Calla menggoreskan tinta pada benda datar itu, “Kak Gumi, aku nggak bisa,” tukasnya menghentikan goresan yang baru saja terjalin itu.

“Arghh, kenapa lagi?”

“Di Myugi, tariannya berbeda kak,”

“Ya kau tinggal belajar apa susahnya,” ucap Gumintang mulai tersulut emosi.

FiORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang