18▪︎GERANIUM (Sciented)

102 69 308
                                    

Happy reading Nals♡

GERANIUM (Sciented)
Melankolia

○●○

Perasaan seperti apa sih yang menangkan? Bahagia saja jatuhnya tidak mengenakan jika dalam diri masih ada perasaan yang mengganjal. Perasaan sedih dan putus asa dalam waktu bersamaan itu tidaklah baik apalagi hingga emosional depresi. Pernah tidak, merasa melankolia?

Atau kalian punya kepribadian melankolis?

Langkah kaki terus bertapak pada trotoar jalanan. Panas yang terik sangat bersinggungan dengan perasaan Calla. Kecewa, sedih, putus asa. Semuanya bercampur, perasaan emosi Calla sudah tidak terkendali. Segitu bencinya dia dengan Sofie, segitu tak maunya dia menerima permintaan maaf Sofie.

Calla lelah berjalan, dia terduduk di sebuah taman, menunduk dan masih penuh dengan isak tangisnya. Sebenarnya bukan hanya perasaan melankolia yang sedang dirasakan Calla. Tapi juga perasaan takut, semua trauma dalam dirinya kembali bermunculan sekarang.

Rasa yang tidak pernah dia katakan pada siapa pun, termasuk Eleor sekalipun. Calla memendam semua rasa itu. Berpura-pura sudah melupakan semua kejadian di masa lalu. Berpura-pura menerima itu, meski kadang terlihat kalau dia tak bisa, tapi dia selalu punya cara menutupinya.

Dan sekarang tidak lagi. Sofie benar-benar mendapat memori buruk dalam ingatan Calla. Wanita yang melahirkan dirinya 23 tahun silam itu telah dilukisnya menjadi seorang yang menjijikkan dalam ingatan Calla.

Bagaimana mungkin itu terjadi? Seorang anak yang bertemu ibunya saja harus ada pengajuan banding.

Drrtt

Ponselnya berdering, tertera nama Gumintang di sana. Dengan gemetar Calla menolak panggilan itu. Sudah tidak peduli lagi dia dengan marahnya Gumintang nanti. Dia hanya tak mau diganggu untuk sekarang ini.

“Sakit Tuhan, dia emang nggak pernah berubah.”

Calla berbicara sendiri, menenggelamkan wajahnya di dalam sudut yang dibuat oleh kakinya yang kini sudah naik ke atas papan duduk.

Pohon tinggi itu menutupinya dari terik surya, dia benar-benar menyendiri. Memilih sudut taman yang sepi, semak di sekelilingnya menutupi tubuhnya agar tak terlihat oleh orang lain. Semesta masih mendukungnya ternyata, menyuruhnya untuk menangis dengan nyaman. Mengeluarkan segala emosi yang bisa membahayakannya.

“Kenapa seperti itu yang harus melahirkan aku? Yang bahkan maaf saja hanya perantara untuk membawanya menerima materi darinya,” dialog Calla.

Gadis ayu itu mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Dia menghapus air matanya dengan jemarinya. Masih meninggalkan bekas, dan masih dialiri oleh air mata yang memilih tempat yang sama untuk jatuh.

Pena ungu itu ditekan ujungnya, hingga keluarlah sebuah ujung lancip dari tubuh sang pena. Buku bergambar Lilly dengan tulisan Callas dibukanya satu persatu. Hingga berhenti pada sebuah lembar yang menyajikan halaman kosong. Tinta berwarna hitam mulai mengeluarkan warnanya begitu Calla mengoresnya pada buku diary Callas.

Tinta yang kini mulai beradu, bersaing dengan tetesan air mata yang perlahan jatuh menimpa halaman itu.

○●○

Aku benci, tapi aku juga merindu

Andai saat pertemuan itu dia menyapa dengan baik, atau memelukku dan berkata, “Calla ibu merindukan kamu, nak,” mungkin rasa benciku berkurang

Tapi kenyataannya apa? Sama sekali tidak. Materi berkedok maaf untuk bertemu. Huh, dia pikir aku mudah diimingi itu? Enggak, bahkan mungkin semua uang itu hasil dari dirinya menjual diri

FiORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang