Happy reading Nals♡
SWEET WILLIAM
Berikan Fennel satu senyuman
○●○
"Calla, bahagia nggak?"Pertanyaan itu dijawab oleh anggukan seorang gadis yang ini duduk mengayunkan kakinya di udara. Dua orang yang kini duduk di penghujung batas rooftop sebuah apartemen mewah. Sepasang manusia yang menikmati satu cone ice cream ditangan masing-masing.
Langit siang ini tidak terlalu terik bahkan bisa dikatakan cerah, angin menerpa rambut memberi hawa segar yang menenangkan. Dapat dilihat hamparan kota yang rapi, sangat menyenangkan apalagi pemandangan disalah satu sisinya.
Seusap cairan es hinggap diujung bibir atas lelaki itu. Membuatnya terdiam dan melihat dengan matanya. Lensa mata yang menyatu di tengah itu masih mencoba melihatnya dengan jelas, lalu dia menoleh dan tertawa saat sebuah tangan mengusapnya dengan lembut.
"Haha Fennel suka tahu makan es krim terus berlepotan gitu," cuitnya membersihkan mengelus bibirnya.
"Kenapa suka? Biar diusapi, iya?"
Lelaki kecil itu lantas mengangguk dengan girang. Kelakuannya membuat Calla menggeleng dan tertawa melihatnya. Memang benar, Fennel kini menjadi alasannya untuk selalu bahagia.
"Dulu Fennel suka gitu biar mama perhatiin Fennel, tapi nyatanya malah bunda yang selalu usapin Fennel," curhatnya disela ia membuka bungkus paling bawah ice cream rasa vanila itu.
"Hah?" bingung Calla.
"Bunda itu yang ngerawat Fennel dari kecil, kalau mama itu yang buat Fennel ada di dunia ini."
Sekarang Calla paham. Dia hanya merasa bingung kenapa Fennel berkata demikian tadi, padahal dia kemarin hanya bertemu dengan bunda Fennel. Jadi, setahu dia bunda Fennel adalah orang yang melahirkan juga membesarkan kekasihnya itu.
"Mama kamu ke mana emang?"
"Di Denpasar, cuma dari kecil Fennel hidup di Negara. Oh ya, Calla pernah ke Negara?"
Calla menggeleng. "Kalau Fennel mau ajak aku ke sana, aku mau," jawabnya tersenyum manis pada kekasihnya itu.
"Besok ya, pas ayah pulang kita sama-sama ke Negara. Calla belum kenal kan sama ayah Fennel."
"Haha, boleh deh. Kapan ayah kamu pulang?"
"Nggak tahu, Fennel belum tanya bunda. Fennel nggak hafal jadwal penerbangan ayah. Apa Calla mau ketemu papa Fennel aja? Tapi, papa lagi di luar kota sih sekarang," tuturnya melahap habis cone miliknya.
Calla menaikkan alisanya. Dalam diamnya dia mulai memahami jika Fennel itu sebenarnya punya dua orang tua. Ternyata anak sepolos dan seriang dia juga punya sebuah hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Kenapa kamu sepercaya itu sama aku?"
"Karena Calla tuh pacar pertama Fennel. Calla juga obat pertama buat patah hati Fennel," lelaki itu berkata sambil tersenyum manis.
Jarak yang tidak bercelah itu kini memudar. Calla berdiri menepi pada pinggiran rooftop. Dia menikmati angin yang semilir, memejamkan matanya meresapi perkataan Fennel. "Kalau Calla yang pertama ngobatin luka, berarti Fiore orang pertama yang membuat luka ya, Fen. Maaf," batinnya.
Ingin sekali dia bisa mengatakan itu tapi ia takut. Takut jika Fennel mungkin akan meninggalkannya. Takut yang membuatnya jadi berandai-andai. Andai saja Fennel tidak datang ke Pyox hari itu, dan mereka hanya dipertemukan di Sanur saat itu. Mungkin dia tidak perlu menyembunyikan dirinya yang lain. Andai saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FiORE
Romance'Tuhan menciptakan bunga untuk bermekaran di musim semi. Tapi, apa tuhan lupa ciptain Calla untuk merebak juga?' "Calla, kamu itu terbaik. Kalau kamu merasa belum bisa mekar, berdoa aja, ya? Fennel akan datang kok. Jadi jangan merasa sendiri, Fenne...