15▪︎BORAGE

93 53 255
                                    

Happy reading Nals♡

BORAGE
Harus Berani

○●○


Langit menggelap karena malam sudah menyelimuti. Tapi, dibalik gelapnya langit ada cahaya yang membuat malam tidaklah menakutkan. Bulan di ujung tenggara sana bersinar meski bentuknya tak bulat sempurna. Pancaran bintang langit yang malu-malu untuk memunculkan dirinya pun ikut menghiasi udara luas di atas sana.

Bulan September sebentar lagi berganti menjadi Oktober. Bulan di mana orang yang menyukai kehidupan horor sangat antusias menyambut ini semua. Mungkin jika ini di luar negeri, seperti Inggris semua orang sudah merencanakan sebuah kegiatan menarik untuk menyambut pesta Halloween meski itu berada dipenghujung bulan Oktober.

Tapi, semua itu tidak bagi seorang yang hanya ke kamar mandi pada tengah malam saja takut. Atau ketika terjadi pemadaman listrik, uhh bagi orang seperti mereka Oktober adalah bulan yang biasa saja. Seperti bulan-bulan lainnya. Tidak ada yang spesial.

Khe kenapa baru datang? Dibonceng setan khe tahu rasa,” beo Legar saat Fennel memasuki apartemen miliknya dengan telat.

“Fennel habis ketemu kak Eld, lagian ini Made belum kesini tuh padahal pulangnya udah dari tadi, nebeng Fennel,” ujar Fennel merebahkan tubuhnya di sofa empuk di ruangan yang dia injak saat pertama kali memasuki apartemen mewah itu.

“Kuntilanak!” teriakan itu terdengar sangat keras, dari ujung ruangan dengan pintu berwarna cokelat muda.

Membuat Fennel yang tadi rebahan kini langsung terlonjak kaget dan terduduk. Sedangkan Legar yang baru saja meminum soda kaleng itu sedikit tersedak karena kelakuan seorang di dalam kamar mandi.

“Siapa? Orangkan?”

“Setan,” jawab Legar menanggapi pertanyaan Fennel.  

“Masa di apartemen mewah ada setan, ngarang aja khe.”

Brak

Baru saja Fennel tak percaya sebuah suara kembali terdengar. Suara yang berbeda dari sebelumnya, sekarang hanya sebuah suara benda terjatuh bukan suara manusia.

“Gar, ini serius. Ada setan beneran?”

“Iya setan, nggak perlu takut jelek setannya,” jawab Legar santai bersandar pada punggung sofa memainkan laptopnya.

“Setan mana ada yang tampan sih, khe pernah lihat?”

“Udahlah, itu setannya bahkan nggak laku ditolak mulu,” sanggah Legar tanpa memindahkan pusat matanya pada layar yang kini menampilkan berbagai pilihan film.

Tak lama pintu utama kembali terbuka, menampilkan sosok Made yang berdiri dengan gagahnya dan duduk di sofa tanpa sepatah kata pun. Dia melamun sebentar, lalu mengambil soda di atas meja dan meneguknya dengan cepat.

“Salam dulu Made, mentang-mentang Legar tidak perlu maju membuka pintu main duduk aja,” ucap Fennel mengomel.

Ssst, diem.”

Fennel yang disuruh diam justru membuat jarak dengan Made. Dia mendekati Legar yang masih duduk dalam keadaan yang sama. “Putu mana?”

“Nggak tahu Fennel,” jawab Fennel yang kini ikut melihat apa yang sedang Legar lakukan.

“Lihat ini ajalah ya,” tutur Legar setelah menemukan sebuah film yang menarik.

“Enggak.”

Jawaban Fennel mendapat lirikan dari Legar, “Ckk, itu Putu yang di kamar mandi. Percayaan banget kalau setan.”

“Intinya Fennel nggak mau kalau nonton horor,” lelaki berkaos abu-abu itu mengambil laptop Legar dan mencari rekomendasi film lain.

FiORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang