Sebuah kebetulan

164 35 33
                                    

Saat ini batin gue sibuk bertanya-tanya. Apakah ini mimpi atau kenyataan? Pasalnya seseorang yang sudah meninggal pada tahun 2017 silam, saat ini ada di hadapan gue. Bukan dalam wujud transparan melainkan dalam wujud manusia.

Gue menggelengkan kepala, menyadarkan diri gue bahwa orang itu bukan Eric. Walaupun wajahnya mirip, aura yang dikeluarkan berbeda. Auranya dingin dan menusuk, sorot matanya juga tajam, selain itu gak ada senyuman yang terpancar dari wajahnya. Datar banget, kayak papan triplek.

"Ada masalah?" orang yang mirip Eric itu nanya.

"Oh..enggak. Gue kayaknya salah orang."

"Hm." Dia ngangguk-ngangguk.

"Tapi gue mau nanya sesuatu, kalau boleh tau lo jurusan mana, ya?"

"Kenapa emangnya?"

"Ini, gue lagi nyari anak design, namanya Nathan. Mungkin aja lo kenal."

Mahasiswa berambut coklat gelap itu bersedekap, "Yang namanya Nathan di design itu ada banyak, nama gue pun Nathan. Lo harus lebih jelas."

"Lo Nathan?" kata gue kaget. Berapa kali orang ini mau mengejutkan gue? ngeliat wajahnya aja terkejut apalagi pas tahu namanya dan yang lebih penting...pantesan ada sesuatu yang terasa aneh. 'Energi'nya berbeda dari orang biasa, seperti Bu Ratri dan mama.

Gak usah nanya, lo anak dukun?

Jelas banget dia Nathan yang gue cari.

"Gue denger lo bisa ngusir roh."

"Ah." Ekspresinya mengeruh dan keliatan kesel. Cowok bernama Nathan itu langsung melangkah pergi, mengabaikan keberadaan gue layaknya serbuk debu--tak perlu dipandang dan diperhatikan.

"Eh, woi. Kok pergi? Lo Nathan yang bisa ngusir roh kan," tanya gue sekali lagi, "Iya kan? jawab dong."

Gue mengejar dia sampe ke tempat duduk paling ujung. Mulut gue udah terbuka, siap-siap nanya ulang. Tapi gak jadi karena dia ngejawab, "Sori, gue sibuk." Sambil mengeluarkan buku sebesar telapak tangan, tanpa melihat ke arah gue, dan membelakangi gue lalu dia gambar dengan santainya.

"Gue itu nyariin lo daritadi tau," kata gue sok kenal sok dekat. Oke, plan B sepertinya gue harus mengenal lebih dekat orang ini, baru masuk ke inti permasalahan."Beruntung banget gue bisa ketemu lo."

Tangan gue terulur, minta dijabat, "Nama gue Vano anak Japanese Literature. NIM 24000011114. Visi gue masuk ke kuliah ini adalah untuk study abroad di Jepang. Selain itu gue kemaren sempet ikut kampanye penghijauan, lo ikut gak?"

Turut berduka cita, wahai urat malu.

Namun, cara ini sedikit bermanfaat, buktinya dia menoleh terus menaruh pensil mekaniknya yang berwarna hijau muda, "Siapa yang gak kenal lo. Anak Japanese Literature yang selalu gonta-ganti cewek setiap minggu."

Uluran gue gak digubris dan kebetulan tangan gue udah loyo duluan.

"Lo emangnya butuh banget?"

Akhirnya dia luluh juga,"Lo sadar kan? ada siluet yang ngikutin gue."

"Hm, keliatannya gak berbahaya."

"Kalo siang enggak, tapi malem iya."

"Terus?"

"Bisa tolong usirin?"

Selembar kertas disodorkan ke gue, "Begini, gue bisa bantu lo sebagai klien jasa keluarga gue dan ini gak gratis. Masalahnya, setiap gue kasih perjanjian ini...semua orang langsung kabur."

"Eh, emangnya bayar berapa?"

"Satu juta."

Gue mingkem.

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang