File 11

112 24 21
                                    

hai ges! lama tak bertemu~ sebelum kalian baca chap ini aku mau ngasih tau kalian sesuatu, ternyata di chap sebelumnya (file 9) aku melakukan kesalahan. antara artikel blog oreo sama omongan bagas gak sinkron!😭 bagas tau kalau nama asli inoue sama adalah inoue akihiro TAPI di artikel tulisannya inoue hayato💀🔫, jadi aku ngelakuin pembaharuan di artikelnya, cuma sedikit yg berubah (menyangkut nama doang) semoga bakal ngebantu kalian biar gak bingung.

sowryh saya kekurangan aqua sepertinya waktu ngetik :>

udah sih itu aja. so enjoy~

====

"Belom bangun?" Dari pintu, gue menengok ke arah Nathan yang terbaring di sofa. Matanya terpejam, nandain kalau dia masih tertidur.

"Belom." Rama ngebales gue, tanpa bergerak se-inci pun bahkan menoleh juga enggak.

Gue berdeham pelan. Menaruh dua kantung plastik berisi bubur yang baru gue beli di depan perumahan ke atas meja sambil menatap Nathan.

Pecah rekor. Hari ini Nathan tidur lebih lama dari hari-hari sebelumnya. Mungkin, roh jahat itu energinya terlalu kuat sampe-sampe Nathan tepar begini.

"Jere mana?"

"Di dapur. Kayaknya lagi telponan sama Kak Dehan makanya dari tadi gak nongol-nongol." Baru diomongin, dari arah dapur Jeremi mengeluarkan suara-suara kepasrahannya.

"Iya...iya, Han...gue bilang iya." Kayaknya diceramahin.

"Diomelin Dehan," tanya gue tanpa bersuara, hanya menggerakkan bibir sambil menyembulkan kepala, tapi Jeremi paham dan mangut-mangut.

"Gara-gara Rama nih. Tukang ngadu. Dah tau Dehan bawel." Dia ngepalin tangannya seakan akan lagi megang pisau dan menusuk-nusuk udara, sesaat kemudian dia nyadar kalau teleponnya masih nyambung ke Dehan, "Eh! enggak. Gue gak bermaksud begitu, Han...iya, maaf. Ampun."

Dan durasi ceramah pun diperpanjang.

"Buburnya ada di atas meja. Kalo teleponannya udah, ambil aja."

Gue akhirnya balik ke ruang tamu. Ngeluarin satu per satu kotak bubur dari plastik lalu nyerahin salah satunya yang masih panas ke Rama. Bukannya menerima, dia malah ngeliatin bubur itu dengan tatapan kosong. Seperti tengah melamunkan sesuatu. Apa harusnya gue gak masukin kecap ke buburnya, pikir gue.

"...lo gak suka kecap, Ram? Atau lo gak suka ada cakwe-nya?"

Tetep gak digubris. Gue heran, anak ini niat bikin gue lumutankah? kalau misalkan tahun 2030 kalian menemukan patung bersejarah yang deskripsinya penantian seorang senior agar juniornya mau makan bubur, udah pasti itu didedikasikan untuk gue, "Ram, plislah...gue butuh kepastian. Lo mau ambil atau enggak?"

"Gue nungguin Kak Nathan."

Gue alhasil menutup lagi bubur itu, berjalan ke sisi Nathan dan memegang kening lalu lehernya. Meyakinkan Rama kalau Nathan baik-baik aja, "Nathan gak papa. Dia cuma kecapekan."

Rama mendongak. Memperhatikan gue yang lagi ngecek keadaan Nathan.

"Lo lagi mikirin apa sih? muka lo saat ini keliatan banget lagi mikirin banyak hal."

"Gue...keinget Kak Eric."

Eric. Gue menyingkirkan tangan kemudian terdiam lama. Nama itu kembali disebut-sebut.

"Hah?"

"...gue cuma suka merasa bersalah setiap kali ngeliat Kak Nathan. Walaupun disuruh buat ngelupain dan hidup tanpa rasa bersalah pun gue tetep gak bisa." Rama meneruskan, sesekali menghela napas, "Gue, sekeras apapun...tetep berpikir orang yang ada di hadapan gue ini, Kak Eric. Apa lo gak berpikiran sama?"

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang