File 10

138 24 18
                                    

Gue menguap lebar sambil memilah-milah buku di rak perpustakaan dan mencatat agenda kegiatan, menghiraukan leher yang mulai ngerasa kesemutan gara-gara terlalu lama menengadah-menunduk berulang kali. Hari ini pun gue melaksanakan karier sebagai asisten dukun denganーuhukーbahagia.

Enggak, gue bohong. Demi puja kerang ajaib, agenda Mbak Arumi minggu ini padet minta ampun. Gue yang merekap semua kegiatan ikut kena getahnya, mencatat keluhan klien yang panjang....sepanjang jalan kenangan, ngebuat jiwa mager ini meronta-ronta.

"Gue boleh cuti, gak?" Gue bertanya pada Nathan yang lagi menggoreskan kuas di atas kanvas. Namun, dia hanya berdeham, lebih mementingkan lukisannya daripada menjawab pertanyaan gue yang kurang bermutu, "Seenggaknya sehari aja gue libur. Asisten juga butuh liburan."

"Sehari?"

"Iya."

"Minggu depan kayaknya enggak bisa."

Tubuh gue auto merosot, duduk di lantai yang terbuat dari kayu.

"Tapi, gue coba bilangin ke mama."

"Mantep! bener, ya?" Dengan semangat empat lima gue berdiri, mau ngelanjutin pekerjaan.

"Istirahat dulu lima menitan, leher lo bisa putus kalau dipaksa."

"Kalo lo udah ngomong begitu gue jadi gak enak nolaknya hehe." Gue menuruti Nathan, menyelonjorkan kaki, dan bersandar di rak.

Dalam kesunyian gue asyik memandangi Nathan yang duduk beberapa meter menghadap gue. Rambut coklatnya yang hampir menghalangi pengelihatan diselipkan di telinga, memamerkan wajahnya secara utuh bikin gue gak bisa berhenti menatap lurus ke depan.

"Kenapa ngeliatin gue?"

"Terus gue mesti liat ke mana?"

Dia mengganti kuas, "Banyak yang bisa lo liat. Di luar jendela lo bisa liat pohon, di kiri-kanan lo juga penuh sama buku...jadi lo bisa liat buku."

"Dan di depan gue ada mahasiswa DKV yang lagi ngelukis. Lebih menarik buat diliat." Nathan menatap gue. Kita berdua saling pandang.

Aksi tatap-tatapan itu mungkin gak akan berakhir kalau aja Mbak Arumi gak muncul dan memukul kepala gue menggunakan koran. Wanita itu berkacak pinggang bersiap untuk mengeluarkan pidato, "Anak zaman sekarang kerja sedikit aja langsung loyo. Mau jadi apa kamu?"

"Kasih saya waktu lima menit, mbak..."

"Lebih cepet kerja, lebih cepet kamu punya banyak waktu buat leha-leha."

Ya, bener sih...

"Tapi tadi Nathan yang..."

Mbak Arumi bersedekap. Gestur itu. Gestur menolak untuk percaya.

"Suwer, mbak."

"Saya tuh bilang begini karena tau, kamu kalau udah keburu dapet notif dari temen-temenmu pasti langsung kabur ninggalin pekerjaan."

Ting!

"Baru dibilangin."

Ting!

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang