2006年

78 15 16
                                    

Note:

1. Mengingat kemampuan bahasa jepang ku hanya sebiji salak, percakapan di chapter ini ga akan full jepang. Jd, percakapan yang kugaris miring anggep aja mereka ngomong pake bahasa jepang ya

2. Siapkan amunisi untuk membaca 3k words, kawan!

3. Dan kuberikan panggung seluas-luasnya untuk mbak arumi, silahkan~

***

14 Februari 2006

Hujan lagi,

Arumi menggeser pintu jendela begitu tetesan air hujan memercik di sekitaran meja kemudian mengambil sebuah handuk kecil dari dalam lemari. Dengan handuk itu, ia mengelap meja yang sedikit basah akibat hujan yang sekonyong-konyong datang ditambah angin kencang yang menerbangkan air sampai ke dalam rumah. Ini yang kedua kalinya. Tadi pagi pun begini. Jadwal mencuci baju juga terpaksa dibatalkan.

"Mama!" Seruan serta derap kaki yang begitu heboh, mengguncang rumah ini. Suara hujan di luar sana sampai kalah. Tanpa harus mengintip, Arumi sudah tau siapa orangnya.

Brak!

Pintu kamar bergeser.

"Okaeri—" Arumi membalikkan badan sambil melipat handuk kemudian tercengang melihat sosok bocah cemong. Dari atas ke bawah, dari kepala hingga kaki, semuanya penuh lumpur. "Eiji! kok kamu bisa begini, sih?"

"Jadi gini, karena tiba-tiba ujan, aku lari. Tapi jalanannya licin terus aku jatoh ke sawah. Begitu ceritanya." Eiji menepuk-nepuk jas hujannya, "Maa, shouganai (ya, mau gimana lagi)."

Apanya 'shouganai'? kamu itu harusnya hati-hati! Arumi gemas, ingin sekali memarahi Eiji. Namun, ia tidak bisa. Sorot mata dan senyum polos anak itu mampu meredakan gejolak amarahnya. Sungguh ajaib. Ia bagai disihir.

Menyerahlah Arumi.

"Iya, ya...mau gimana lagi. Lebih baik kamu mandi."

"Ryoukai (dimengerti)!" Eiji berlari menuju kamar mandi.

Setidaknya anak itu penurut, walaupun tukang pembawa keributan. Toh, sifatnya yang begitu tidak buruk juga. Rumah ini butuh suasana ramai.

Arumi berlutut lalu mengelap jejak kaki Eiji menggunakan kain basah. Sembari menggosok noda lumpur, ia bisa mencium aroma hujan, mendengar rintik air yang bergemuruh, dan merasakan dinginnya lantai kayu. Hawanya menjadi sedikit tidak enak ketika ia tersadar, bahwa bulan ini sudah mendekati waktu panen. Semoga, musim hujan cepat berakhir.

Drap, drap

"Ma." Eiji kembali muncul. Berlari ke luar hanya memakai handuk, "Natsuki ke mana?"

"Di kamar ojii-chan (kakek)," jawabnya sambil memeras kain. Langsung saja Eiji ke sana tanpa mengenakan baju. "Eh—sebentar! emangnya kamu mandinya udah? pake dulu bajunya! Eiji!"

Sudah tak terlihat.

"Aduh, dasar bocah..."Arumi menepuk jidat.

Sementara itu, tanpa diketahui Arumi, Eiji mengeluarkan seekor katak dari dalam tas dan membawanya ke kamar Inoue Hayato untuk dipamerkan kepada Natsuki.

.

.

.

.

.

"Ini namanya kodok," kata yang lebih tua, dengan nada sok dewasa.

"Ko..dok?"

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang