File 20

93 19 40
                                    

Nyaris aja kita semua terseret ke dalam alur permainan Masahiko.

Seperti yang diharapkan, otak jahatnya mampu memproduksi taktik yang menipu, kerja samanya dengan pihak klinik juga sangat rapih, dan dia memilih orang yang tepat untuk dijadikan 'tumbal'. Orang yang gue maksud itu adalah Cecil, si gadis desa yang rela pergi ke ibukota buat mencari nafkah. Tapi, gadis itu kurang beruntung karena tempat kerja yang menerimanya, udah disetting sedemikian rupa oleh Inoue Masahiko.

"Kita nemuin chip di dalem mulut Cecil, isinya video rekaman CCTV dan data-data penting lainnya. Makasih banyak, lho...udah ngasih tau ke kita."

"Kalo Cecil gak dateng ke sini, gue juga gak bakalan tau."

"Anak indigo memang beda! lo tau enggak? sebelum lo nelepon, interogasinya berjalan alot. Mereka semua cukup keras kepala dan kompak banget ngelimpahin kesalahannya ke Cecil, padahal...orang yang mereka salahin udah jadi mayat. Kita bisa apa?" Mas Putra tertawa sebal, "Mana otopsi mayatnya di-pending. Gue sampe perang urat saraf sama petugas otopsi."

"Susah, ya. Banyak halangan."

"Iya, nih. Untungnya, ada lo yang mau ngomong ke mereka. Pura-pura jadi dukun."

"Itupun cuma lewat telepon, kalo gue samperin pake kostum dukun, mungkin mereka bakal lebih percaya."

"Hahaha. Lewat telepon cukup, kok. Barusan akting lo udah kayak dukun beneran dan berkat itu jadwal otopsinya dipercepat."

Gue merasa puas. Gak sia-sia merhatiin Nathan tiap ada jadwal konsultasi. Ternyata work experience gue sebagai asisten dukun ada manfaatnya juga.

"Terus..." Mas Putra mengganti nada bicaranya, "Rekaman yang kita liat barusan, udah gue cek ulang. Sesuai sama apa yang lo bilang, Cecil sempet ngelirik ke spot yang gak ketangkep kamera, kan?"

"Ho-oh...lo nemu sesuatu di situ?"

"Yes, kalo lo hafal sama denahnya, sisi yang dia lirik itu...pas banget mengarah ke ruangannya Wendy dan Cecil menatap ke arah situ lumayan cukup lama, seolah-olah lagi mengamati sesuatu. Kira-kira apa yang sebenernya terjadi? Ini dugaan gue, mungkin aja, saat itu Wendy ngasih semacam....peringatan ke Cecil atau mungkin nyuruh dia buat 'melakukan sesuatu'. Gue gak tau yang mana, sih, yang pasti mereka lagi berkomunikasi."

Walaupun gak merespon apa-apa, gue menyetujui analisis Mas Putra.

"Tapi, Cecil malah kabur. Nah, gue ngecek rekaman selanjutnya. Dan bener, Wendy berjalan keluar dari spot itu sambil nengok ke kanan-ke kiri. Gak cuma itu, dia juga neleponin seseorang."

"Dia pasti kelimpungan karena Cecil kabur."

"Dia bahkan mencak-mencak lantai saking paniknya, Van. Haahh...sekarang gue sadar, dari awal...mereka udah nargetin Cecil buat dijadiin kambing hitam. Lo mau denger apa yang lebih bikin kaget?"

"Apa?"

"Setelah tim gue telusuri, Cecil dan Wanda berasal dari kampung halaman yang sama, tapi bukan berarti mereka saling kenal dan pernah ketemu secara langsung. Ada perantaranya. Cecil dapet tawaran itu dari kerabatnya yang kenal Wanda."

Hmm...begitu, ya. Wah, rasanya, gue ingin sekali mengapresiasi langkah cerdas mereka yang sengaja mempekerjakan Cecil di bulan Mei, menyuruh cewek itu untuk mengatur segala proses administrasi Bella, dan mengirimkan alamat lengkap klinik untuk menjebak kita. Lalu saat Cecil mengacaukan rencana mereka....

Mereka membunuhnya.

"Satu hal lagi yang perlu lo tau. Gue tadi bilang, di chip-nya Cecil ada rekaman CCTV, kan?" Detak jantung gue berpacu saat Mas Putra menanyakan hal itu, gue bener-bener gak sabar mendengar kelanjutannya, "Di rekaman itu ada Wanda. Dia terbukti mendampingi Bella dari awal konsultasi sampe jadwal aborsi berlangsung."

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang