File 17

87 20 7
                                    

Beberapa bulan yang lalu,

Seorang mahasiwi berdiri di depan danau, memandang pantulan wajahnya dengan tatapan rapuh seraya memegangi perutnya. Berkali-kali ia merenung, apakah ia harus melompat ke dalam sana untuk menenggelamkan rasa malu yang tak terukur ini, sekaligus lari dari kenyataan bahwa ada jiwa lain yang hidup di dalam tubuhnya?

Di sisi lain, ia juga merasa tidak tega untuk melakukan hal jahat tersebut atau mungkin, merasa tidak ingin ikutan menderita.

Ia jadi takut melihat cerminan wajahnya pada permukaan air karena yang sebenarnya diinginkannya hanyalah melenyapkan janin yang ada di dalam perutnya itu tanpa melukai diri sendiri.

Kemudian setelah lama berdiam diri dan berdebat di dalam hati, kakinya itu melangkah mundur, berniat untuk meninggalkan tempat ini. Akan tetapi, saat matanya tak sengaja menangkap sesosok perempuan berpakaian putih di seberang danau, mahasiwi itu malah terjatuh ke belakang dengan kaki yang gemetar. Ia mengusap mata lalu sosok misterius itu menghilang, tergantikan dengan pemandangan pintu gerbang berkarat.

Gerbang iblis.

Tadi itu, gue...halusinasi?

Mahasiswi itu bangkit lalu berjalan mengitari danau, menghampiri gerbang itu dengan perasaan takut yang bercampur dengan rasa penasaran. Ia menempelkan ujung jarinya pada pintu gerbang, merasakan sensasi dingin yang membangunkan bulu kuduk. Ditambah lagi, ia masih kepikiran soal sosok wanita berpakaian putih itu.

Gue pernah denger....

Katanya, jika ada orang yang ingin dilenyapkan, kita tinggal berdoa di gerbang ini dan permohonan kita bisa terkabul. Cerita yang jatuhnya seperti sebuah karangan iseng, namun orang-orang di kampus ini cukup sering membicarakannya. Soalnya, secara kebetulan ada dua mahasiwi yang menghilang dan sampai sekarang belum ketemu.

Banyak yang bilang ini ada kaitannya dengan gerbang iblis.

Ia menelan ludah, jangan-jangan, perempuan itu....salah satu dari korbannya?

Kalau begitu....kalau cerita itu bener....

Sepertinya berdoa agar anak ini lenyap bisa dimaafkan kan? tanpa harus menyakitinya, tanpa harus membuatnya menderita. Ini pilihan terbaik.

Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Karena tidak ada siapa-siapa, maka ia menggumamkan doa dengan posisi mengheningkan cipta, "Maafin, aku ya...aku belum siap jadi ibu kamu. Aku harap kamu bisa pergi dengan tenang."

Selesai berdoa, ia menatap ke depan bersamaan dengan pintu rumah gerbang iblis yang terbuka. Nyaris saja mahasiswi jurusan PGSD itu berteriak, untunglah ia bisa menahannya saat tahu yang keluar dari sana adalah seorang dosen.

"Lho, masih ada orang sore-sore begini," tanya dosen itu sambil menggerakkan kursi rodanya, yang malah tersangkut di pintu, "Ups, nyangkut."

"M-mau saya bantu, bu?" Si mahasiwi segera membuka pagar dan membantu sang dosen untuk keluar.

"Makasih ya, nak." Dosen wanita itu menyunggingkan senyuman yang meneduhkan hati, "Kamu ngapain di sini? enggak pulang?"

"Ah...itu...saya..." Sulit menjawabnya. Wajahnya langsung memanas karena kepergok tengah berkomat-kamit di depan gerbang. Sumpah, ia merasa bodoh. Gue ngapain sih, pake percaya-percaya segala.

"Penasaran sama rumor, ya?"

Si mahasiswi tertawa malu, "Ya, begitu deh, bu."

"Bella..." Dosen itu membaca name tag yang dikalungkan di dadanya, "Jadi nama kamu Bella, ya. Saya baru tau...padahal sering liat kamu di koridor kampus barat."

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang