File 6

147 24 42
                                    

chapter ini panjang ;)
.
.
.

Gue mendorong pintu kamar dengan setengah hati. Jaket denim punya Nathan yang menyelimuti tubuh, gue lepas dan lempar ke atas tempat tidur, menyisakan kaos biru langit bermotif bayi beruang yang keliatan aneh di badan gue--berbanding terbalik sama Nathan yang cocok-cocok aja pake baju ini. Alhasil gue merengut menatap cermin.

Yah, seenggaknya dia udah berbaik hati minjemin gue baju setelah kerja rodi yang menguras energi, yaitu ngebersihin kamar mandi sang nyonya besar, hashtag Mbak Arumi. Berhubung gue udah terlanjur menanda tangani kontrak sebagai asisten tetap keluarga dukun itu, demi melunasi utang senilai lima ratus ribu rupiah, gue pasrah disuruh-suruh sama Mbak Arumi.

Gue memijat lengan yang kebas. Gak biasa ngelakuin pekerjaan rumah, kecuali nyapu dan ngepel kamar, itupun didorong rasa terpaksa. Selebihnya gue kabur dari tanggung jawab, ngebiarin tukang laundry yang ngurus cucian gue.

Setelah puas menghela napas, gue menghempaskan tubuh di atas kasur empuk. Krak, gue kembali mengangkat tubuh, ngedenger bunyi remuk dari belakang bantal lalu mulai meraba-raba dan menemukan satu kotak biskuit coklat. Di atasnya tertempel sticky notes bertuliskan makasih.

Tulisan Nathan.

"Dasar..." Gue tersenyum kecil memandangi biskuitnya. Meraih handphone dari saku celana. Kapan dia naro di sini?

Nathan

makasi biskuitnya
19:35

lain kali ngasihnya
langsung aja
19:36

apa?
19:36

iya deh gue pura
pura gak tau
19:37

lo udah nyampe rumah?
19:38

udah kok...ini baru
nyampe
19:38

jangan lupa besok
kita lanjut cari emma
19:38

siyaapp
19:38

"Emma ya," tanya gue pada diri sendiri kemudian menghempaskan tubuh. Dari awal menjejakkan kaki di Griya Lestari, gue merasa curiga.

Rumah Bu Retno dan Bella berdekatan...Emma juga mahasiswa Naver...

Ini terlalu kebetulan.

Oleh karena itu, gue memastikan sesuatu, meminta keterangan Bu Retno dan mencocokkannya dengan penampilan arwah yang mengikuti Bella. Sampai akhirnya gue menemukan kata kunci yang pas,

Luka bakar.

Gak salah lagi...Emma lah sosok arwah yang selama ini gue cari identitasnya. Dia mengikuti kemana pun Bella pergi, manjadi alasan utama mengapa para tetangga memergoki kemunculannya di sekitar perumahan. Tapi...apa mungkin orang awam bisa ngeliat Emma? kenapa dia berkeliaran di sekitar Bella?

"Gelangnya...ditemuin di danau Naver," racau gue, bersandar pada bantal. Dehan pernah ngomongin soal hilangnya dua orang mahasiswi naver. Salah satunya mungkin Emma. Gue memejamkan mata berusaha mengingat cerita Dehan. Panjang umur, mahasiswa ilmu sejarah itu nelepon gue. "Ya, Han?"

"Udah baca chat gue belom?"

"Hah? lo emang ngechat gue?"

"Nah, kan."

"Sori...notif lo tenggelem. Kenapa?"

"Pokoknya gue udah ngasih link buat meet hari ini. Join sekarang."

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang