File 5

132 29 32
                                    

hari ini full vano nathan
tp tetep ada teori ;)
召し上がれ~

btw chap ini agak panjangan ya hehe

-------

"Duduk sini di kasur gue. Mau tidur-tiduran atau jungkir balik juga gak papa." Gue mempersilahkan Nathan buat duduk senyaman-nyamannya. Cowok berambut coklat itu terdiam seribu bahasa, mungkin dalam hati lagi ngomentarin betapa berantakannya kamar gue, terutama kasur, "Maap berantakan, tadi gak sempet diberesin."

"Kasur lo bukan bekas kegiatan enggak senonoh, kan?"

"Enak aja! gue udah tobat, sumpah," sergah gue cepet. Selimut yang awut-awutan gue pungut dan lipet. Seprai yang lecek juga gue rapihin, "Udah nih, sok mangga pangeran. Btw, mau minum yang anget-anget? gue punya susu coklat, teh tarik, kopi, bandrek, teh jahe..."

"Terserah."

"Gue kasih air keran berarti mau?"

"....teh tarik."

"Gitu dong. Tunggu bentar, ya." Gue melangkah menuju pintu, sedangkan itu Nathan duduk di pinggiran kasur, menyusupkan jemari mungilnya ke dalam tas yang dia bawa dan mengorek-ngorek isinya, kemudian mengeluarkan sesuatu. Anak itu bergerak mencurigakan, menarik perhatian gue.

"Katanya mau buatin minuman?" Dia tau gue masih ada di depan kamar, mengintip dari balik pintu. Akhirnya gue menutup pintu dan lanjut melangkah.

"Ngopi, mas Van," tanya salah satu penghuni kosan, menyapa gue yang dateng ke dapur. Dia gak sendirian, ditemenin setumpuk lembar kerja mahasiswa dan laptop yang menyala.

"Ngeteh, pak dosen," jawab gue sembari menyiapkan minuman untuk Nathan.

"Tumben bawanya temen cowok. Bosen sama cewek?" Dosen yang biasa ngajar pancasila itu terkekeh pelan, namun tetap fokus dengan pekerjaannya--mengetik bahan materi perkuliahan.

Gue cuma mengukir senyum tersindir menanggapi omongannya lalu menyeduh air panas ke dalam gelas berisi serbuk teh, "Gak ngajar?"

"Lagi males ah, koreksian bejibun terus minggu ini ada penelitian sama rekan. Eh, temenmu itu...si anak design yang katanya keturunan dukun bukan sih?"

"Nathan?"

"Iya, jangan bilang...kamu pake jasa dia biar cewek-cewek Loen kepincut sama kamu. Wah, tak kusangka, Vano....memanfaatkan Nathan."

"Mana ada."

Justru gue yang dimanfaatin jadi babu.

"Cowok buaya modelan kamu bisa juga ya temenan sama dia."

"Tolong bercermin, Pak. Kita kan sama-sama bajingan. Ngomong-ngomong saya punya nomor telepon istri bapak, loh. Jangan sampe istri bapak tau, suaminya lagi proses pendekatan sama mahasiswi yang body-nya kayak gitar spanyol."

"Heh!"

"Duluan ya." Gue melambaikan tangan ala miss universe, "Oh iya, inget jangan makan gaji buta hehe."

"Hehe, kurang asem! belum aja nilai CB kamu saya kosongin." Sebelum peralatan dapur melayang, gue cepet-cepet pergi dari sana.

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang