File 4

123 31 19
                                    

"Bwner bwener itwu anwak! gwe taw gwe swalah kawna ngambwil hwape dwia, twapi kan nwiat gwe bwaek!"

"Ngomong apa sih lo, Jer. Telen dulu..."

Inilah keadaan terkini setelah kejadian dramatis di kamar Bella tadi, kita bertiga duduk lesehan di taman rumah sakit kayak lagi piknik, ditemenin alunan musik senam dan pemandangan para pasien lansia yang bergerak mengikuti irama.

Gak cuma begitu, suasana jadi lebih rame gara-gara Jeremi sibuk melimpahkan keluh kesahnya dari lima menit lalu. Sedangkan gue dan Dehan mengernyit bingung ngedengerin bocah satu itu ngomong, soalnya bahasa yang dipake sebelas dua belas sama bahasa alien. Bahkan Dehan ngejauhin diri dari Jeremi, ngeliat beberapa isi risol yang muncrat gara-gara bocah itu aktif nyerocos dengan mulut yang penuh.

"Bagi aer dong, gue haus." Pas makanannya udah ketelen, Jeremi enteng banget minta minum.

"Nih." Gue nyerahin sebotol air mineral ke dia yang langsung diminum sampe abis dalam hitungan detik, kayak orang gak ketemu air selama dua abad.

Dehan geleng-geleng kepala,"Awas keselek. Pelan-pelan, Jer."

"Thank you." Bagai tong sampah, dia ngasih botol kosong ke gue. Rasanya pengen gue jitak, "Si Rama mana? perasaan kemaren dia bilang mau ikut, kenapa malah absen?"

"Dia lupa hari ini mesti ikut klinik di tempat lesnya."

Jeremi mengusap bulir-bulir air yang mengalir di dagunya,"Oh..."

"Emm...Jer."

"Ngapa?"

"Gue mau nanya deh, dari kapan Bella bangun? kok lo enggak ngabarin kita?"

"Udah dari kemaren malem, jam sebelasan. Gue gak enak ngabarin kalian di jam segitu."

"Yaelah, santai. Padahal gue masih bangun, kok." Gue mangut-mangut meng-iya-kan Dehan, "Bella marah ya karena kita nyelidikin kasus ini tanpa seizin dia dan hapenya lo ambil..."

"Ck, iya. Gedeg banget gue. Kayaknya tau dari Pak Yang Yang."

"Gue udah ngeduga bakalan begini." Handphone milik Bella, Dehan berikan ke Jeremi, "Hmm...harusnya tadi gue minta maaf, soalnya hape dia ada di gue."

"Enggak, gue gak bilang kalau hapenya ada di elo. Bilangnya, ada sama gue. Lo gak perlu minta maaf."

"Sebenernya kita emang salah karena mengambil barang milik orang lain dan menggali privasinya, tapi gue juga gak bisa bilang pilihan lo buat ngambil hape ini sepenuhnya salah karena berkat tindakan berani lo, gue bisa dapet dua informasi penting."

Jeremi yang barusan duduk lemes persis kangkung layu langsung bersemangat, "Lo dapet apa?"

"Stiker dan chatroom conversation. Kalian maunya bahas yang mana dulu?"

Jeremi melirik gue. Gue mengedikkan bahu.

"Stiker...maksud lo yang kemaren di-spam sama dia?"

"Iya," jawab Dehan, "Karena Bella gak mengaku mengirim stiker ke elo, kemungkinannya si arwah wanita itu yang ngirim, tentunya dengan cara merasuki Bella. Gue sempet bingung dan berpikir, kenapa dia ngirim stiker ini berulang kali? akhirnya gue meriksa detail stiker itu. And...pembuat stikernya adalah Naver Association of Humanity."

"Hah? masa?" Jeremi langsung ngebuka handphone Bella, memastikan perkataan Dehan."Eh, bener, ini stiker buatan mereka."

"Nah, gue juga nanyain ke temen-temen gue yang ikut di organisasi itu. Katanya, stiker ini khusus buat anak-anak NAoH. Makanya Bella punya stikernya."

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang