File 12

111 20 27
                                    

⚠️Chapter ini penuh teori ribet

Untuk percakapan antara Vano dan Oreo kubuat gak full jepang biar ga bikin pusing

btw, kangen eric :(

==========

"Hai, Oreo di sini. Ini siapa, ya?" Dari seberang sana, ada yang mengangkat telepon gue. Oreo, dia yang menulis artikel tentang Desa Kawakami."Moshi-moshi (halo)?"

"Anoo...selamat sore. Saya living things, yang meninggalkan komentar di artikel Desa Kawakami." Gue memperkenalkan diri. Karena dia menggunakan nama samaran, gue pun juga menyebut nama gue dengan nama samaran.

"Ah, iya! aku inget, lho! akhirnya bisa ngobrol sama kamu. Sekali lagi halo dan salam kenal."

"Salam kenal juga. Sumimasen (maaf) karena menelepon malam-malam begini."

"Uun, heiki (enggak apa-apa kok), bicaranya jangan terlalu formal begitu, dong." Oreo-san mengeluarkan suara ceria, "Jadi, kamu ingin tahu tentang Desa Kawakami, ya?"

"Iya, sebelumnya saya mau minta maaf kalau Bahasa Jepang saya gak begitu lancar, saya soalnya gaikokujin (orang asing atau non Jepang)"

"Uso (bohong)! aku kira kamu juga sama-sama orang Jepang. Hebat....ada apa ini? kenapa orang dari luar Jepang mau tahu soal ini?"

"Sebenarnya, saya mahasiswa yang mendapatkan tugas untuk meneliti masyarakat desa di Jepang dari sisi kebudayaan dan kebetulan menemukan artikel anda tentang Desa Kawakami. Tulisan anda sangat menarik. Kritiknya sangat tajam dan berani. Saya jadi ikutan tertarik untuk menjadikan ini sebagai topik karya tulis." Gue beralasan atau lebih tepatnya...gue berbohong. Semoga aja dia percaya, "Kalau boleh, saya mau tau lebih banyak."

"Sou na no (begitukah)? aku kira cerita ini gak begitu populer deh sampai bisa ke sana..."

"Iya, sepertinya saya beruntung bisa menemukan artikel anda yang luar biasa."

"Kamu ini...daritadi muji aku terus." Dia tertawa malu, "Wakatta, wakatta (aku paham kok), sepertinya kamu butuh banget penjelasan dariku. Jangan khawatir, aku pasti akan membantu."

"Terima kasih, saya tertolong."

"Sebaiknya aku jelasin bagian mana, ya..." Oreo-san memberi jeda, dia merenung sebentar, "Ah, begini, kamu tanyain aja apa yang mau kamu tanya. Aku akan menjawab sebisaku."

Gantian, sekarang giliran gue yang memutar otak, "Mungkin...kita bisa mulai dari Inoue Akihiro?"

"Ah...Inoue-sama?"

"Un, dari yang saya baca, berkat Inoue-sama...desa itu menjadi pengekspor selada, deshou (iya, kan)?" Gue bertanya, memastikan apakah yang gue baca bener atau salah. Responnya berupa dehaman penuh keyakinan, kemudian omongan gue berlanjut,"Semenjak itu warga jadi mulai mempercayai Inoue-sama memiliki kekuatan dari dewa yang membuat makmur warganya. Tapi, apakah Inoue-sama secara terang-terangan memperlihatkan kekuatannya di depan mereka?"

"Soal itu...katanya, Inoue-sama berusaha memperbaiki perekonomian desa yang terpuruk dengan meramal masa depan juga menyusun strategi, mungkin dari situlah para warga mulai mengambil kesimpulan. Kamu mungkin pernah denger ini, Gempa Besar Kanto. Pernah?"

"Pernah..."

Gue tiba-tiba merinding. Soalnya Gempa Besar Kanto merupakan salah satu peristiwa yang cukup bersejarah. Kalau enggak salah, pada 1 September 1923, terjadi gempa yang meluluhlantakan sepanjang Daerah Kanto, disusul fenomena kebakaran dan tsunami yang turut menggempur daerah itu. Korban jiwanya banyak, bangunan-bangunan juga rusak parah...

To be With U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang