PROLOG

341 44 5
                                    

Untuk mengantisipasi, saya ingatkan untuk mengeratkan sabuk pengaman anda sekalian sebelum memulai perjalanan. 

Lalu, silakan menikmati tiap part dan tetap memberikan antusiasnya pada vote dan coment. Terima kasih. (Rie_)





-----

"Dan aku hanya bisa menatap, karena aku melihat 
kebenaran di sudut matamu."

_Mirror




"Tidak."

Sekali lagi Jungkoo melepaskan pukulan di punggung Jimin dengan wajah kebawa sengatan kesalnya. Mendengus tidak kalah sebal, lantas menunjuk pada foto yang dibawa sedikit ditekan-tekan. Berharap Jimin akan paham dengan apa yang diinginkan tanpa harus bicara banyak lagi. Hwang Jimin menyebalkannya bukan main kalau begini.

Jungkoo coba menaruh kelembutan sedikit, "Dia kenalanku. Bisa kau lihat cantik dan menawan, kan? Masih saja kau tolak? Ah—" Tangan lebarnya meremas surai kelewat frustasi kala omongannya dibersamai gelengan dari Jimin. "Mengertilah aku ini membantumu, Hyung."

"Aku bisa urus diriku lebih darimu, Koo."

Sebelah tangan Jimin menyapu meja cafe yang baginya sedikit berdebu, menaikkan letak kacamata yang menurun, kemudian tertawa lirih. Usaha Jungkoo mencarikan wanita untuk Hwang Jimin sangat besar jadinya. Disamping Jungkoo sendiri tengah mengusahakan dirinya dengan Ara yang sempat mendapat penolakan dari pihak ibu.

Setidaknya lelaki Lim itu sudah sangat pria mendatangi keluarga Chu Ara. Berbeda dengan bela kasihnya pada sang sahabat yang selalu saja tidak mau mengambil langkah menikah. Jangankan menikah, bahkan menjalin kasih saja hampir tidak pernah.

Kendati memang Hwang Jimin banyak dikejar penggemarnya dari kalangan mahasiswa.

"Hyung. Kalau yang seperti itu kau mau?" Dagu Jungkoo menunjuk pada dua gadis yang berjalan sambil meninggalkan tawa yang entah apa alasannya.

Mata Jimin berputar jengah, menatap ke arah lain. Gadis itu berpakaian terlalu terbuka. Sebenarnya jika hanya untuk memanja mata pria, tentu saja Jimin setuju dengan pengajuan Jungkoo. Bahkan lekuk tubuh dua gadis itu bisa dilihat hanya dengan satu mata.

Hei, Hwang Jimin juga pria normal yang mengerti kemana pikirannya melayang kala pemadangan yang disuguhkan seperti tadi. Tangan Jimin menampar pipi Jungkoo yang masih terpaku, berdalih keras namun tegas, "Ingat dengan Ara, Bodoh. Kau sudah melamar gadis itu." Jimin menjatuhkan tatap serta menyeruput tehnya.

Tunggu dulu. Sepertinya Jimin salah menyangka tentang yang dilihat Jungkoo sejak tadi. Merasa tidak terima, Jungkoo angkat suara, "Mataku terjaga, Hyung. Aku sedang lihat gadis berseragam yang diam di sana," bela Jungkoo sembari menunjuk pada seorang gadis yang menunduk.

Pandangan Jimin seketika memperhatikan. Tidak begitu terlihat, tapi Jimin bisa tahu mungkin gadis itu menunggu seseorang di sekitaran gedung kampus.

Senyum Jimin tersungging tanpa arti, "Aku memilih gadis yang semacam itu."






(To Be Continued)


Bapak negara ini sudah bisa dilirik ya, bun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bapak negara ini sudah bisa dilirik ya, bun. Ganteng banget emang, nggak ketulungan. Hwang Jimin hati-hati loh, malah suka anak seragaman. Aigoo, aku dah nggak seragaman lagi. Hiks

Dan Kalian masih inget sama anak satu ini, kan? Yang punya pesona manis bangett.

Dan Kalian masih inget sama anak satu ini, kan? Yang punya pesona manis bangett

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEARTLESS || PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang