Pt 21

156 32 5
                                    

What if we rewrite the stars?
Say you were made to be mine
Nothing could keep us apart
You'd be the one I was meant to find

_Rewrite The Star




-----





Yonggi itu definisi manusia santai yang suka memberikan sangkaan aneh. Yang detik ini diam menaikkan satu alis sambil menyemprotkan tatapan sebal pada dua manusia lain yang diam tidak mengerti dengan teriakan Yonggi. Pribadi itu berdecak tidak percaya yang kemudian beralih menunjuk pada Min Young penuh penekanan, "Kalian melakukannya di rumahku?!" Tepat pada bekas kemerahan di leher putih sang adik.

Wow. Seketika Min Young dan Jimin saling menatap bebera pada detik guna mencari kesamaan pendapat dari kekuatan telepati mereka, lantas ia menyahut, "Oppa berlebihan. Aku mau sekolah dulu."

Karena seragamnya ada di rumah, jadi, Jimin harus mau mengantar gadisnya pulang dan menyiapkan segala keperluan. Itulah mengapa Min Young rela dibangunkan lebih pagi seperti yang lalu. Ini semacam konsekuensi kalau kalian tidur satu ruangan dengan Jimin. Pagi harus bangun. Tidak ada kesempatan untuk kembali rebahan.

Atau Jimin benar-benar akan marah.

"Spreiku tidak kotor, kan?" Yonggi masih akan tidak terima sampai kedua adiknya melakukan hal-hal yang seperti itu dalam rumahnya. Tatapannya penuh intimidasi, terlempar pada Jimin yang mengulas senyum tipis. "Berangkat sana! Terima kasih sudah menginap." Sepertinya ia terlalu kelewatan sampai menanyakan privasi sepasang suami. 

"Kalau ada waktu seharusnya Oppa menjengukku," tangkas Min Young mendekat. Tak disangka meraih tangan sang kakak guna ditempelkan di dahinya sekilas, lalu mengumbar senyum lebar, "Ya?"

"Kau bahagia sekali. Jangan bilang kalian benar-benar melakukannya semalam?!" Intonasi yang menyerap banyak kesan penghakiman itu menyulut helaan napas panjang dari Min Young, sedangkan pribadi Jimin cukup menertawakan percakapan aneh di pagi ini. "Wah," sela Yonggi mengusap wajahnya, "Jangan berikan aku keponakan terlalu cepat. Aku kurang suka anak-anak."

"Pantas aku dibuang."

Ya ampun. Sepertinya Yonggi sudah berulang kali mengatakan kalau Min Young itu tidak dibuang. Tetapi untuk saat ini, biarlah gadis itu tidak memahami yang sesungguhnya. Sebab Yonggi akan merasa sangat bersalah jika mengetahui dari bibirnya. Ia melihat beberapa perbedaan saat disanding dengan Jimin, akan lebih baik suaminya saja yang mengutarakan ketimbang Yonggi.

Seketika pribadi itu menarik kepala belakang Min Young pun mendaratkan satu kecupan di dahinya, "Hati-hati dan patuhlah dengan Jimin." 

Min Young yang terkejut mengangguk pelan, seketika berjalan keluar rumah dengan garis mata menyipit menahan senyum. Dia selalu suka jika ada manusia yang menyayanginya secara terang-terangan. Kakinya melangkah agak sedikit melompat kegirangan, sampai Jimin menggamit jemarinya hingga berhenti. Gadis itu menoleh cepat, "Ada apa Oppa?"

"Tidak," jedanya, melanjutkan langkah lebar bersama menuju mobil yang dianggurkan sejak semalam, "Terbiasalah berpegangan seperti ini." Bersamaan mengeratkan tangan mereka, Jimin mengulas senyum tulus tanpa membalas tatapan sang istri.

Setelah lebih dari lima belas menit, Jimin menuntun istrinya untuk mandi segera. Membiarkan sang suami menyiapkan buku pelajaran. Padahal Min Young sudah menolak karena takut merepotkan, terlebih Jimin harus pergi pagi juga, harusnya sudah bersiap bersama. Tapi apa boleh buat kalau sudah memaksa. Jimin juga bisa melakukannya.

HEARTLESS || PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang