Episode 06.

202 41 2
                                    

Pelajaran terakhir selesai lima menit lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelajaran terakhir selesai lima menit lalu. Aku sedang membaca novel sambil menunggu kegiatan klub dimulai. Alya masih berada di bangkunya, dia sibuk mencatat ulang materi biologi dari buku tulisku. Kelas sudah sepenuhnya sepi.

Seperti kemarin, hampir semua murid perempuan antusias menonton latihan perdana klub basket. Aku heran, memang apa serunya, sih, menonton mereka? Lagi pula itu hanya latihan biasa bukan pertandingan.

“Alya, besok jangan lupa membawa buku yang diberikan ibunya Lumi. Aku juga ingin memeriksanya, kamu sudah meminjamnya terlalu lama.”

Alya menghentikan gerakan tangannya yang sedang menulis, lantas menoleh ke arahku. Dari jarak dekat, aku bisa melihat matanya yang sayu dengan kantung hitam di bagian bawahnya. Dia terlihat letih, tidak seperti Alya yang biasanya.

“Aku baru meminjamnya dua hari, Anna. Itu belum lama.”

“Itu lama, Alya, kamu bilang hanya meminjamnya sebentar. Lagi pula buku itu hanya berisi lembaran kosong, bukan? Jadi, untuk apa kamu meminjamnya lama-lama?”

Alya mengalihkan pandangannya, dia tidak berani menatapku. Gelagatnya mendadak aneh, dia jadi seperti orang yang ketakutan.

“Aku akan pulang sekarang.”

“Hei, kamu belum menjawab pertanyaanku, Alya.”

Telat. Alya sudah gesit membereskan buku-bukunya, lantas beranjak dari bangku dan melangkah pergi tanpa menoleh lagi ke arahku. Anak itu benar-benar aneh.

Aku mengembuskan napas, menghempaskan badanku ke sandaran bangku, ekor mataku melirik jam dinding yang tergantung di atas papan tulis.

Pukul tiga lewat dua puluh menit.
Aku menutup novel, membereskan alat tulisku yang masih berserakan dan memasukannya ke dalam ransel, kemudian beranjak keluar kelas menuju ruang klub fotografi.

Dari kejauhan, terdengar teriakan murid-murid perempuan sedang menyemangati anggota klub basket yang sedang berlatih. Aku tidak terlalu mempedulikannya, terus melangkah menaiki anak tangga. Ruangan klub fotografi ada di lantai dua gedung umum.

“Hai, Anna!”

“Hai, Kak. Materi apa yang akan kita pelajari hari ini?”

Aku sudah duduk di salah satu bangku ruang klub fotografi, berhadapan dengan senior yang akan mengajariku beberapa teknik dasar fotografi. Di klub ini, pemberian materi memang dilakukan secara personal, setiap murid tingkat pertama bisa memilih senior pendamping manapun untuk membantunya belajar.

“Teknik dasar, Ann. Fokus kamera.”

“Fokus kamera?”

“Ya. Mengatur fokus kamera menjadi salah satu teknik dasar yang penting dalam fotografi, Ann. Fokus menjadikan objek foto sebagai perhatian utama. Fokus sebenarnya teknik yang sangat mendasar, tapi banyak orang sering menganggapnya sepele. Sering kita jumpai orang-orang yang tidak menempatkan titik fokusnya dengan benar, itu membuat hasil foto yang diperoleh menjadi buram, goyang, tidak jelas. Nah, Anna, dalam kamera sendiri ada beberapa setting tambahan yang digunakan untuk mengatur fokus kamera dan lensa agar dapat bekerja maksimal. Kesalahan menetapkan pengaturan kamera juga akan sangat berpengaruh dengan hasil foto yang kita ambil nantinya.”

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang