Episode 15.

177 36 5
                                    

𝔅𝔢𝔯𝔰𝔦𝔞𝔭𝔩𝔞𝔥 𝔨𝔞𝔯𝔢𝔫𝔞 𝔰𝔢𝔟𝔢𝔫𝔱𝔞𝔯 𝔩𝔞𝔤𝔦 𝔨𝔦𝔱𝔞 𝔞𝔨𝔞𝔫 𝔪𝔢𝔫𝔢𝔪𝔲𝔦 𝔨𝔢𝔞𝔧𝔞𝔦𝔟𝔞𝔫!

𝔅𝔢𝔯𝔰𝔦𝔞𝔭𝔩𝔞𝔥 𝔨𝔞𝔯𝔢𝔫𝔞 𝔰𝔢𝔟𝔢𝔫𝔱𝔞𝔯 𝔩𝔞𝔤𝔦 𝔨𝔦𝔱𝔞 𝔞𝔨𝔞𝔫 𝔪𝔢𝔫𝔢𝔪𝔲𝔦 𝔨𝔢𝔞𝔧𝔞𝔦𝔟𝔞𝔫!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca memburuk, hembusan angin bertiup kencang, hawa dingin yang aneh menyelimuti kami. Suasana lorong lantai empat semakin terasa mencekam, membuat bulu kudukku mulai berdiri.

Jujur saja, ini sebenarnya cukup seram, hanya ada kami bertiga di sini, di tengah lorong lantai empat yang temaram. Udara sekitar yang dingin pun tidak bisa membuat keringat kami berhenti menetes. 

“Bersiaplah!”

Raka membuka pintu ruangan. Lengang. Tidak ada siapapun di dalam. Raka benar, ruangan itu luas tapi penuh dengan debu dan sarang laba-laba. Aku menghela napas lega, setidaknya tidak ada monster atau hal aneh lainnya di dalam sana.

“Dimana perempuan tadi?” Bara berseru sambil memeriksa setiap sudut ruangan.

“Sepertinya dia sudah pergi.”

“Kemana? Bukankah ruangan ini tidak memiliki celah? Bahkan aku tidak melihat ada jendela di sini.”

Raka mengangkat bahu. “Entahlah, aku tidak tahu, ruangan ini sangat misterius.”

“Bagaimana kalau dia bersembunyi di suatu tempat?” Bara berbisik.

“Tidak, Bara. Lihatlah, tidak ada tempat persembunyian di dalam sini. Aku merasa ada yang aneh dari ruangan ini.”

Bara mengangguk setuju. “Aku juga merasa begitu, tapi apa yang aneh?”

“Entahlah. Bagaimana menurutmu, Ann?”

Aku tidak tertarik menanggapi pembicaraan dua laki-laki itu. Ada sesuatu yang lebih menarik perhatianku. Aku mendongak, terdiam menatap langit-langit ruangan, sebuah kerangka lampu tua berukuran besar tergantung di atas sana.

Aku mengalihkan pandangan, berganti menyusuri setiap benda yang tertata rapi dalam ruangan. Terdapat beberapa kursi dengan meja bundar kecil di tengah. Lemari-lemari berukuran sedang berjajar rapi di sekeliling dengan beberapa lukisan di atasnya.

Ada satu yang paling mencolok, sebuah lukisan anggrek berwarna merah hati. Lukisan itu berbentuk persegi dengan ukuran yang n sangat besar, tingginya mungkin hampir mencapai satu meter.

Aku terdiam, memicingkan mata, berusaha mengingat sesuatu. Hei, bukankah ini lukisan sama seperti yang aku temukan di ruangan klub melukis? Mengapa lukisan itu tiba-tiba ada di sini? Aku berjalan mendekati lukisan yang tergantung di sisi kanan ruangan. 

“Ada apa, Ann?” Bara menepuk bahuku.

“Lukisan itu, aku pernah melihatnya di ruang klub melukis. Mengapa sekarang bisa ada di ruangan ini?”

Raka ikut mendekat, menatap lamat-lamat lukisan di hadapannya. “Apakah ada yang aneh dengan lukisan itu, Ann?” 

“Ya, saat aku menyentuhnya, tanganku seperti masuk ke dalam lukisan itu.”

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang