Sudah tiga hari sejak Alya dikabarkan menghilang. Seisi sekolah kembali gempar, ramai-ramai semua murid membicarakan berbagai kemungkinan kemana Alya pergi. Ada yang mengatakan Alya diculik, kabur dari rumah, mogok sekolah, dan kemungkinan tidak masuk akal lainnya.
Hanya ada satu yang membuatku tertarik, ternyata dugaanku waktu itu benar bahwa Alya memang berada di sekolah hingga petang saat hari dimana dia menghilang. Aku tidak salah lihat, itu benar-benar Alya, aku tahu fakta itu saat seseorang mengatakan padaku dia bertemu dengan Alya sepulang melihat latihan perdana klub basket.
Semenjak saat itu juga Mama dan Papa jadi sangat protektif padaku. Papa selalu menyempatkan diri untuk menjemputku, bahkan ketika pekerjaan di kantor sangat banyak. Mereka sangat terkejut saat aku mengatakan bahwa Alya menghilang tanpa sebab.
“Kamu tidak sedang bercanda, kan, Ann?”
Aku menggeleng lemah. “Tidak, Ma. Anna serius, bahkan Anna ada di rumah Alya saat Mamanya bilang Alya tidak pulang ke rumah.”
“Kamu pergi ke rumah Alya?”
Aku mengangguk. Aku memang tidak mengatakan kepada Mama jika hari itu aku pulang terlambat karena pergi ke rumah Alya.
Aku baru bisa mengatakan dua hari setelahnya, aku takut Mama jadi sangat khawatir. Dan benar saja, bukan hanya khawatir, tetapi juga Mama menjadi sangat protektif, takut kalau besok-besok aku juga akan menghilang.
“Iya, Ma. Awalnya Anna mau menjenguk Alya, Anna pikir dia sakit, tapi ternyata tidak.”
“Mulai besok Papa akan menjemputmu, Ann. Kamu jangan pulang sendirian lagi.”
“Tidak perlu, Pa. Anna bisa pulang naik angkot. Lagi pula, Papa, kan, sedang sibuk mengurusi proyek balai kota.”
Papa menggeleng tegas. “Itu bisa diatur, Ann. Keselamatanmu jauh lebih penting.”
“Papa benar, Ann. Kota kita benar-benar tidak aman lagi.”
Jika Mama dan Papa sudah berkata begitu, aku tidak akan bisa menolaknya. Itu sudah jadi keputusan mutlak, tidak bisa ditawar lagi.
Selama tiga hari sejak Alya menghilang, aku lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar, mencari petunjuk menemukan Alya. Aku juga jadi sering pergi ke perpustakaan untuk membaca banyak buku, seperti buku sejarah berdirinya sekolah dan konstruksi bangunan sekolah.
Dari banyak buku yang aku baca, ada satu halaman dalam buku sejarah sekolah yang membuatku tertarik. Halaman itu menceritakan rencana awal pembangunan sekolah. Dulu, pernah ada wacana renovasi gedung umum.
Bangunan lantai empat itu hendak dijadikan lima lantai dengan satu ruang tambahan di lantai empat. Lokasinya berada di sisi selatan koridor—persis di tempat aku menemukan ruangan misterius.
Namun, rencana itu dibatalkan karena pekerja kontraktor tidak bisa membongkar temboknya. Berbagai cara sudah dilakukan, namun tetap tidak ada yang berhasil, kalau pun berhasil itu akan membuat ruangan di bawahnya ikut runtuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seekers of The Lost Hope | END
FantasySeorang murid perempuan tiba-tiba saja dikabarkan menghilang. Tidak ada satu pun orang yang tahu dia berada di mana, hingga satu minggu setelahnya satu murid lagi menghilang. Anna yang kehilangan dua temannya memutuskan melakukan pencarian secara d...