Selamat menikmati perjalanan menuju akhir!
Hari keempat sejak kami datang ke dunia ini, aku merasakan banyak hal berubah. Sekarang aku lebih yakin dengan diriku sendiri. Petualangan ini, perjalanan ini, pencarian ini mengajariku banyak hal. Bukan hanya keberanian, tapi juga persahabatan dan kesetiaan.
Aku tidak akan bisa sejauh ini tanpa Raka, Bara, dan juga Lumi. Mereka bertiga teman terbaik yang pernah aku temui. Tentu saja, aku tidak akan melupakan Alya, dia alasan terbesarku datang ke tempat asing ini. Jika bukan karena hilangnya Alya, aku mungkin tetap jadi murid SMA biasa yang sering ragu-ragu dalam melakukan sesuatu.
Sepuluh kilometer setelah menunggang kuda tanpa henti, kami akhirnya memutuskan berhenti sebentar di tepi sungai kecil untuk sarapan.
Raka, sejak perjalanan ini dimulai selalu merengek, mengeluh, dan memintaku berhenti dengan banyak alasan tidak masuk akal. Dia bahkan mengatakan kepalanya berkunang-kunang karena kelaparan.
Tadinya kami berencana menggabungkan sarapan dengan makan siang saat tengah hari nanti untuk menghemat waktu. Jika bukan karena Raka yang terus mengoceh, kami tidak akan berhenti saat ini.
“Hei, Ann, berikan padaku satu apel lagi. Perutku masih lapar, sebutir apel hijau tidak bisa membuatku kenyang.”
“Enak saja, jatahmu sudah aku berikan! Lagi pula, apel-apel ini harus kita hemat untuk makan siang nanti.”
“Oh, ayolah, Ann, aku sangat kelaparan. Kamu tidak mau melihatku mati kelaparan di tempat ini, bukan?”
“Jangan berlebihan! Tidak makan semalam, tidak akan membuatmu mati begitu saja.”
“Ayolah, Ann! Aku tidak minta banyak, hanya satu apel saja.”
Aku tidak menggubris perkataan Raka, lebih memilih menatap ke arah sungai. Sepertinya aku memiliki ide bagus.
“Baiklah, aku akan memberimu satu apel lagi jika kamu berhasil menangkap empat ikan untuk makan siang kita nanti.”
“Hei, itu tidak adil! Aku hanya minta satu apel, mengapa bayarannya mahal sekali? Kamu cari sendiri saja sana!”
“Ya sudah jika kamu tidak mau. Setidaknya aku sudah menawarimu.”
Raka terdiam, dia tampak berpikir. Sebenarnya, tawaranku cukup menguntungkan. Jika Raka berhasil menangkap ikan, siang nanti kami bisa makan sesuatu yang lebih mengenyangkan dari buah dan roti.
“Baiklah. Bara, ayo cepat bantu aku!”
Bara menggeleng. “Tidak mau. Memangnya kamu tidak lihat, heh? Lenganku belum sembuh sepenuhnya, aku tidak mau lukanya semakin memburuk.”
Raka mengembuskan napas kesal. Dia beranjak menuju sungai sambil terus menggerutu.
“Dasar menyebalkan! Aku, kan, hanya memintamu membantuku menangkap ikan, bukan hendak bertarung melawan Pangeran Archilles dan prajuritnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seekers of The Lost Hope | END
FantasySeorang murid perempuan tiba-tiba saja dikabarkan menghilang. Tidak ada satu pun orang yang tahu dia berada di mana, hingga satu minggu setelahnya satu murid lagi menghilang. Anna yang kehilangan dua temannya memutuskan melakukan pencarian secara d...