Malam terasa semakin dingin saat kami akhirnya menemukan sebuah kastil berdiri kokoh di tengah padang ilalang.
Kastil itu memiliki tinggi tak kurang dari tujuh puluh meter, temboknya yang berwarna hitam gelap dikelilingi patung ular dengan mata tajam berkilauan, seolah-olah ular itu hidup dan bertugas menjaga kastil dari berbagai ancaman.
Aku menelan ludah menatap pemandangan di depanku. Semua yang aku lihat jauh lebih mengerikan dari yang aku bayangkan. Bahkan dari jarak ratusan meter, aku bisa merasakan hawa aneh menyelimuti tempat itu.
Ini kah tempatnya? Di sini kah Alya dan penduduk desa disembunyikan?
Kami terus menggebah kuda untuk berlari mendekat, melintasi jembatan penghubung antar tebing menuju kastil itu. Tanganku menggenggam tali kekang lebih erat, sedikit lagi kami akan sampai di akhir pencarian ini.
Aku segera menurunkan kecepatan kuda saat kami sudah berada sepuluh meter dari pintu kastil. Raka mendongak, menatap bangunan kastil yang menjulang tinggi. Pandangannya tak henti melihat ke arah menara.
“Kita akan masuk ke dalam sana, Ann?”
Aku mengangguk. “Tapi mungkin hanya kita berdua karena Bara dan Lumi sedang terluka.”
“Hei, aku baik-baik saja, Ann, aku masih kuat berjalan. Kalian tidak akan bisa menghadapi musuh jika hanya berdua,” sahut Bara.
“Bara benar, Ann, aku juga bisa membantumu. Kita berempat harus tetap bersama, bukan?”
“Kalian yakin?” tanyaku.
Sejujurnya, aku sangat cemas dengan keadaan mereka berdua, terutama Bara, kaki dan lengannya terluka. Aku takut kondisi Bara akan semakin parah jika dia memaksa untuk ikut.
Bara dan Lumi serempak mengangguk. Mereka berdua terlihat yakin dengan keputusan mereka untuk ikut masuk. Aku menghela napas panjang, sepertinya mencegahnya tidak akan ada berguna.
“Baiklah. Ayo kita masuk!”
Kami berempat bergegas turun dari kuda, mengikatnya pada tiang tinggi di dekat gerbang. Dengan berbekal dua pedang, keberanian, dan sedikit keberuntungan, kami segera memasuki kastil itu, tempat Alya, Nona Ravenna, dan penduduk desa ditahan oleh seseorang yang aku tidak tahu seperti apa rupanya. Ada banyak kemungkinan dalang di balik semua ini adalah Pangeran Archilles.
Kami mendorong pintu kastil yang tingginya hampir mencapai dua puluh meter. Begitu pintu terbuka, seseorang dengan pakaian khas kerajaan terlihat berdiri gagah di tengah-tengah ruangan. Di tangannya, tampak pedang yang tidak asing bagi kami. Apakah benar dia pelakunya?
“Mengejutkan, bukan? Sama dengan kalian, aku juga terkejut melihat musuh yang kami cari-cari selama ini ternyata adalah empat orang anak-anak yang terlihat lemah.”
“Apa maksudmu? Jangan memutar balikan fakta, wahai Pangeran Archilles yang terhormat! Bukankah, Yang Mulia pelaku di balik semua ini? Kemarahanmu pada paladin hitam telah mendorongmu melakukan semua kejahatan ini, bukan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seekers of The Lost Hope | END
FantasySeorang murid perempuan tiba-tiba saja dikabarkan menghilang. Tidak ada satu pun orang yang tahu dia berada di mana, hingga satu minggu setelahnya satu murid lagi menghilang. Anna yang kehilangan dua temannya memutuskan melakukan pencarian secara d...