Episode 30.

135 24 7
                                    

Malam semakin larut, beberapa jam lagi—aku rasa—tengah  malam akan tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam semakin larut, beberapa jam lagi—aku rasa—tengah  malam akan tiba. Suhu udara sekitar semakin turun. Aku berulang kali menggosok kedua telapak tanganku untuk membuatnya sedikit lebih hangat.

Kami berlima duduk berjajar di samping tangga. Terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Ini memang membingungkan. Kami saling mencurigai satu sama lain tanpa tahu pelaku yang sebenarnya.

Aku rasa itu memang yang diinginkan si pelaku. Dengan kesalahpahaman di antara kami, tentu akan semakin lama si pelaku itu berhasil ditemukan.

“Astaga! Aku tahu! seru Raka.
Kami berempat serempak menoleh ke arahnya.

“Tahu apa, Raka?”

“Jika bukan kita, pasti perempuan misterius itu pelakunya,” ucap Raka, mantap. Dia terlihat sangat yakin dengan perkataannya. Bara dan Lumi mengangguk setuju.

“Sepertinya memang dia penjahatnya, Ann.”

“Perempuan siapa?” sela Pangeran Archilles.

“Apakah kamu tidak bertemu dengannya saat di lembah berpasir putih, Pangeran?” tanyaku.

Pangeran Archilles menggeleng. “Aku tidak bertemu siapa pun. Hanya ada tiga orang yang aku lihat di lembah berpasir putih. Bukankah itu memang kalian bertiga?”

“Kami bertiga?” celetuk Bara.

“Mungkin Pangeran Archilles tidak melihatku karena aku pingsan. Jadi dia hanya melihat tiga orang di sana,” sela Lumi.

Aku menaikkan sebelah alisku. Mungkin aku perlu menjelaskan sedikit pada Pangeran Archilles karena dia terlihat kebingungan.

“Sebenarnya ada satu orang lagi bersama kami di lembah berpasir tadi, Pangeran. Dia muncul tiba-tiba dan langsung menyerang kami. Tidakkah dia juga menyerangmu?”

Pangeran Archilles kembali menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tidak bertarung dengan siapa pun di sana. Yang aku lakukan hanya mengikuti kalian dari hutan ilusi hingga tiba di tempat ini.”

“Hei, dasar penguntit!”

“Sudahlah, Raka, itu tidak penting. Sebaiknya sekarang kita bergegas menemukan Alya sebelum perempuan misterius itu datang.”

Kami berlima beranjak berdiri, lantas melangkah menuju lorong di depan kami. Lorong-lorong itu pasti jalur penghubung ke ruang-ruang yang lebih kecil, salah satunya pasti tempat si pelaku mengurung para tawanan. Siapa pun dia, kami akan segera mengetahuinya setelah menemukan Alya.

Aku mendongak, menatap langit-langit yang tampak berkelas dengan chandelier tergantung di tengahnya. Kastil ini terlihat begitu indah dengan ornamen seni di setiap dindingnya.

Anehnya, aku merasa tidak asing dengan ukiran itu. Seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Sungguh, aku mengagumi kastil itu di luar aura gelapnya yang menyeramkan.

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang