Prolog

732 98 5
                                    

Sinar matahari menembus kisi-kisi jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari menembus kisi-kisi jendela. Mataku mengerjap-ngerjap, silau. Aku terbangun, menatap awas sekitar, memperhatikan setiap sudut ruangan yang tampak lengang. Kepalaku terasa sakit seperti habis terbentur dengan sesuatu yang keras. Berkali-kali aku mencoba mengenali setiap inci ruangan, hasilnya tetap saja nihil. Ini ruangan apa? Di mana? Jelas aku tidak sedang berada di kamar tidurku, padahal aku ingat betul semalam aku tidur di ranjang empuk, tapi pagi ini aku justru terbangun di ranjang tua yang sudah lapuk. Aku berdiri dari ranjang dan kembali memeriksa sekitar. Ruangan ini tidak terlalu luas, lebih mirip disebut kamar dengan lemari berukuran sedang, ranjang dan nakas kecil di sebelahnya. Hampir semua barangnya terbuat dari kayu. Sebenarnya barang dan tata letaknya sama persis dengan yang ada di kamarku, bedanya barang-barang di sini tampak usang dan berdebu, seperti sudah ditinggalkan lama oleh pemiliknya.

Lima menit memeriksa, kebingunganku semakin bertambah ketika aku melihat pemandangan luar melalui jendela besar yang tertutup gorden tua berwarna cokelat. Ruangan ini ternyata salah satu bagian dari rumah kayu tua yang terhimpit oleh pohon-pohon besar di tengah hutan. Pohon-pohon itu menjulang tinggi seperti pohon pinus, tetapi warna daunnya sedikit aneh, tidak seperti pohon pinus yang biasa aku lihat di dekat rumah Nenek. Warna daun pohon itu kuning berkilauan dengan semburat merah di bagian ujungnya.

Seketika aku refleks menutup gorden saat melihat sosok bayangan hitam mengerikan di balik pohon. Aku tidak tahu bayangan apa itu, tapi yang pasti dia terlihat hidup. Sorot matanya yang tajam membuatku hampir berteriak ketakutan. Aku melangkah mundur dan kembali menuju tempat tidur, lantas menutupi seluruh tubuhku dengan selimut. Badanku bergetar hebat, jantung berdetak tak karuan, napas memburu, keringat dingin bercucuran dari dahiku. Samar-samar terdengar suara berat mendekat.

Namun anehnya, semakin lama suara itu semakin pelan, samar, kemudian hilang. Dua menit lengang, aku tidak lagi mendengarnya. Dengan tubuh yang masih gemetaran, aku memberanikan diri untuk keluar kamar. Ruangan lain yang sama berdebunya dengan kamar tadi segera menyambutku. Tidak ada siapa pun di sana dan karena tidak menemukan apa pun di dalam rumah, aku memutuskan untuk pergi ke halaman. Kalian tahu? Ternyata sejak tadi, sosok bayangan hitam yang mengerikan itu berada di dekatku, mengawasi dalam diam. Sialnya, aku baru menyadari itu saat sudah berada di halaman rumah. Bayangan hitam itu menatap kosong ke arahku. Perasaan takut kembali menyergap, bulu kudukku merinding, bergidik ngeri dan bodohnya aku malah memilih lari menuju hutan. Itu memang keputusan yang salah karena aku tidak pernah tahu apa yang sedang menungguku di dalam sana. Rasa takut yang menghantui membuatku kehilangan akal hingga tidak bisa berpikir jernih.

Sekian menit berlalu, napasku mulai terengah-engah, kakiku pegal dan tidak sanggup lagi berlari. Aku menyerah, terduduk di atas rerumputan liar sambil menyeka pipiku yang basah oleh air mata. Saat itulah, ketika aku tidak menyadarinya, bayangan hitam mengerikan itu sudah berada tepat di hadapanku dengan tatapannya yang masih sama. Dingin, tajam, dan kosong. Aku terpaku, tidak bisa lagi ke mana-mana. Memaksa lari pun akan percuma karena kondisi tubuhku sudah terlalu lelah.

Bayangan hitam itu semakin mendekat. Dari jarak satu meter, aku bisa merasakan aura gelapnya yang mematikan. Tanpa permisi, bayangan itu langsung menjalar dan merayapi setiap inci tubuhku. Ini sungguh menyakitkan, aku bahkan tidak sanggup lagi mengeluarkan suara untuk berteriak minta tolong. Rasanya setiap bagian tubuhku seperti di sayat pisau tajam. Perlahan, aku mulai kehilangan kesadaran. Sekitarku gelap, aku seperti terperangkap dalam ruang kubus yang sempit dan menghimpit.

Splash.

Aku tidak tahu apa yang terjadi karena saat aku masih berusaha membuka mata, tiba-tiba saja ada tangan yang menarikku paksa dan menghempaskanku ke sembarang arah. Sesaat setelahnya hanya gelap yang tersisa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang