Episode 27.

142 32 2
                                    

Bagaimana rasanya terbangun dengan tubuh lemah tak berdaya, mulut tersumpal kain kucel, dan kedua tangan yang diikat dengan tali rami kasar? Sungguh menyedihkan, bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana rasanya terbangun dengan tubuh lemah tak berdaya, mulut tersumpal kain kucel, dan kedua tangan yang diikat dengan tali rami kasar? Sungguh menyedihkan, bukan?

Itu yang sedang kami rasakan saat ini. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain terus merengek, memohon para paladin hitam itu membebaskan kami.

Dua jam yang lalu saat langit masih sepenuhnya gelap, sesuatu yang buruk terjadi. Aku terbangun dari tidurku saat Raka meneriakiku. Wajahnya panik, tangannya terikat, di belakang Raka terlihat dua pria dewasa berjubah hitam terus memaksanya untuk naik ke atas kuda.

Dua pria itu menutup hidung Raka dengan kain, membuatnya terpejam. Aku bisa melihat dengan jelas betapa buruknya kondisi Raka. Begitu juga Bara dan Lumi. Kondisi mereka juga sama buruknya, terutama Bara.

Rambutnya berantakan, pipinya memar, dan sudut bibirnya berdarah bekas dipukul karena dia berulang kali berontak saat para pria dewasa itu berusaha mengikat tangannya.

Merasa kesulitan menghadapi Bara, salah satu pria membekap Bara dengan kain hitam. Hanya perlu waktu satu detik untuk membuatnya pingsan tak berdaya.

Tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tidak tahu juga apa yang harus dilakukan, aku berteriak, berusaha mendekati Lumi, satu-satunya orang yang masih dalam kondisi sadar.

“Diam di tempat atau kau akan bernasib sama dengan ketiga temanmu,” seru salah satu pria yang bertubuh tinggi, berwajah tegas dengan sayatan kecil di ujung mata kirinya.

“Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan dari kami?”

“Harusnya kami yang bertanya pada kalian. Siapa kalian sebenarnya? Kalian jelas tidak berasal dari keluarga bangsawan paladin hitam, tapi mengapa kalian mengenakan jubah keluarga kami, heh? Kalian mencuri darimana? Apakah kalian juga yang menculik Nona Ravenna?”

Aku menggeleng samar. “Aku tidak mengerti maksud perkataanmu. Kami tidak mencuri jubah hitam ini, juga tidak menculik Nona Ravenna.”

“LARI, ANN!” teriak Lumi sebelum mulutnya juga disumpal dengan kain hitam.

“Omong kosong.” Pria bertubuh tinggi itu mendekatiku. Aku hendak melangkah mundur, tapi gerakanku dicegat dengan dua orang lain di belakangku.

“Kamu tidak akan bisa kemana-mana.” Pria itu menyeringai, wajahnya semakin terlihat menyeramkan dari jarak dekat. “Katakan, di mana kamu menyembunyikan Nona Ravenna? Bukankah kamu dan teman-temanmu adalah mata-mata Kerajaan Hoff yang menculik Nona Ravenna?”

Aku kembali menggeleng lemah. “Kami bukan mata-mata kerajaan dan juga tidak tahu di mana Nona Ravenna, kami bahkan tidak mengenalnya.”

“Kamu berbohong! Tidak ada orang di Negeri Hope yang tidak mengenal Nona Ravenna.”

“Sungguh, aku tidak berbohong.”

Pria bertubuh tinggi itu menggeleng. “Kamu sama saja seperti teman-temanmu.”

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang