Episode 22.

141 32 7
                                    

Episode kali ini mungkin akan membuat kalian sedikit kebingungan, tetapi jangan cemas karena pertanyaan di kepalamu akan terjawab dengan perlahan~

Episode kali ini mungkin akan membuat kalian sedikit kebingungan, tetapi jangan cemas karena pertanyaan di kepalamu akan terjawab dengan perlahan~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo gadis kecil. Bagaimana kabarmu? Aku tidak menyangka jika kamu bisa sejauh ini, tapi jangan bersenang hati dulu, aku punya kejutan besar untukmu.

“ANNA!”

Aku terperanjat. Bangun dengan keringat membasahi sekujur tubuh. Kepalaku bedenyut sakit. Tangan dan kakiku bergetar hebat. Tanpa sadar, setetes air mata lolos membasahi wajahku yang pucat pasi.

Suara aneh itu lagi, aku merasakan suara bising dari dalam kepalaku. Ragaku seperti berada dalam ruang kubus dengan dinding berwarna gelap. Suasana di dalam sana begitu dingin dan mencekam. Terlalu menakutkan, tidak ada yang bisa dinikmati. Setiap kali aku berusaha keluar, empat sisi kubus itu menghimpitku, menahanku agar tidak kabur.

Jantungku berdetak cepat, berbagai cara aku lakukan untuk bisa membuat suara menyeramkan itu hilang. Namun, semakin aku menolak kehadirannya, suara itu justru semakin keras bersahutan di kepalaku. Aku tidak tahu harus menyebutnya apa, tapi mimpi aneh itu terasa begitu nyata.

“Hei, Ann, mengapa kamu menangis?”

“Tidak apa, Bara.” Aku menggeleng sambil menyeka air mata yang membasahi pipiku. “Sejak kapan kalian berdua ada di tempat ini? Bagaimana pertarungan tadi? Apakah kalian berhasil memenangkannya?”

“Aku pikir setelah pingsan kamu jadi lebih pendiam, tapi ternyata tidak. Kamu tetap saja cerewet seperti biasa,” ledek Raka.

Aku mendengus kesal, Raka selalu saja menyebalkan. Tidak bisakah dia sedikit bersimpati kepadaku?

“Hai, Ann.” Seorang perempuan dengan terusan berwarna merah tua mendekat, ikut berdiri di hadapanku.

Perempuan itu lah yang membuatku terkejut dan jatuh pingsan. Aku sangat mengenalnya, mengingat setiap inci dari tubuhnya dengan baik, mulai dari bentuk rambutnya yang bergelombang, kulitnya yang bersih, hingga garis wajahnya yang terlihat sempurna.

Kecantikannya melebihi dewi-dewi. Dia adalah gadis primadona, pujaan banyak lelaki.

“Lumi?”

Ya, perempuan itu adalah Lumi. Orang yang selama ini aku cari, orang sama yang juga membuatku harus repot-repot melakukan banyak hal demi menemukannya.

Perasaan senang dan bingung berkecamuk dalam hatiku. Butuh waktu cukup lama untuk bisa mencerna semua yang terjadi.

“Lumi, apa yang kamu lakukan di sini?”

“Aku menunggumu. Aku tahu kalian pasti akan datang kemari.” Lumi mendekat, lantas membantuku berdiri.

“Bagaimana kamu bisa berada di sini?” Aku menatap sekelilingku yang bercahayakan obor, teringat sesuatu. “Di mana Alya?”

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang