Episode 10.

194 36 6
                                    

Tunggu hingga kalian bertemu episode 15 karena keajaiban akan bermula dari sana!

“Kamu ada kegiatan apa, Ann, kenapa pulang terlambat terus?” Mama bertanya lembut saat kami sedang menonton serial film di ruang tengah. 

“Eh… Anna sedang ada kegiatan klub, Ma.” Aku terpaksa berbohong. Jika tidak, besok-besok mama pasti akan menyuruhku pulang tepat waktu. 

“Apa sesibuk itu, Ann?”

Aku mengangguk. 

“Papa khawatir kamu kenapa-kenapa, Anna.” Papa yang sedang sibuk dengan laptopnya ikut menimpali. 

“Mama juga, Ann, mama selalu berpikiran yang tidak-tidak kalau kamu pulang terlambat.”

“Ma, Pa… Ann tidak akan kenapa-kenapa, kan, papa sendiri yang jemput Anna.”

Papa dan mama menatapku sekilas kemudian tersenyum simpul. Dari raut wajahnya, aku tahu papa sangat khawatir denganku, terlebih lagi mama, ekspresi wajahnya tidak bisa diterjemahkan, sedih, bingung, cemas bercampur menjadi satu.

Orang tuaku saja secemas itu, bagaimana dengan orang tua Alya? Aku tidak bisa membayangkannya, mereka pasti sangat sedih. Ini sudah satu minggu lebih Alya hilang dan tidak ada kabar apapun, sepertinya aparat yang bertugas mencari Alya juga sedang mengalami jalan buntu. 

Berita tentang Alya masih ramai dibicarakan di berbagai media, terutama koran lokal. Sebenarnya, ada sesuatu yang membuatku terheran-heran hingga saat ini. Kabar mengenai hilangnya Lumi, aku merasa semua orang seperti sudah lupa dengan sosok Lumi yang lebih dulu menghilang.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi. Aku tidak pernah membayangkan dua orang teman sekelasku hilang di waktu yang berdekatan tanpa sebab yang jelas.

“Kenapa, Ann?”

“Eh, tidak kenapa-kenapa, Ma.”

“Kamu sedang memikirakan Alya, bukan?”

Aku menoleh ke arah mama yang sedang tersenyum kepadaku. “Iya, ma, perasaan Anna tidak tenang, Anna takut terjadi sesuatu yang buruk.”

Mama mendekatkan tubuhnya, menatapku lamat-lamat. “Mama yakin, Ann, Alya akan pulang, dia akan baik-baik saja.”

Aku mengangguk pelan. “Anna merindukan Alya, ma. Rasanya sepi tidak mendengar suara Alya yang melengking.”

Mama terkekeh. “Alya akan segera pulang, itu pasti.”

Pukul sembilan malam.

Serial film yang ditonton mama sudah sedari tadi tamat, aku beranjak dari sofa menuju kamar. Ini sudah malam, waktunya aku beristirahat.

“Ma, Anna ke kamar dulu.”

“Iya, Ann.”

“Anna ke kamar dulu, Pa.” Aku menyapa papa yang sudah berpindah duduk di sofa ruang tamu—tetap sibuk dengan laptopnya. Proyek kontraktor papa sudah hampir selesai, sekarang ini minggu-minggu sibuk untuk menyelesaikan laporan pertanggung jawaban. 

The Seekers of The Lost Hope | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang